Patan Durbar Square |
Belum
sempat membagi kisah tentang indahnya Nepal, tiba-tiba sudah banyak hal yang
harus dikisahkan. Terlalu banyak. Pun mustahil kehabisan kata-kata untuk
menyanjung keindahan selama perjalan panjang kali ini. So, this is about
unexpected journey !
Semenjak
lulus kuliah 2013 dan pulang kampung, tahun 2014 bukanlah tahun yang
menyenangkan. Adaptasi ulang dengan hal-hal lama lebih sulit daripada
membiasakan diri dengan hal yang baru. Proses pergantian antara dunia mahasiswa
dengan dunia kerja not that really good. I’ve admitted, it’s hard for me. Gak
lancar. Bahkan gagap. Ya, sudahlah. Waktu itu juni 2014. After my birthday day,
yang mana too many things yang terjadi. Dalam keadaan shocking plus gelisah
mungkin lelah yang menyatu, pencet hape, buka twitter dan kebetulan atau
takdir, twittan dari @asmanadia waktu itu “Backpacking ke NEPAL bareng Jilbab
Traveler Asma Nadia”… Honestly, I’m not that really interested about that,
SKIP. But, then… kepo nanya-nanya by email contact personnya bunda asma, still
not into it, baca sekilas persyaratan dan itinerary-nya… Hmmm…. Everest….
Sampai
tiba waktu makan siang, sendirian di warung soto daerah pasar, “Kayaknya harus
ada sesuatu yang bisa nge-push me up to survive dari bekerja di sini”.
Emang
darah sama otak tercerahkan dari kuah soto, tanpa mikir panjang bahkan memang
tanpa mikir, pencet aplikasi airas*a, cari tanggal yang sama dengan jadwal
bunda, ada, dengan harga yang sama dengan saldo direkening, purchased. 2 menit
kemudian, e-ticket Jakarta-Kathmandu PP sudah ditangan. Boleh dibilang ini
adalah “The Magic of SOTO”. Dan ucapkan selamat pada rekening, bersih, no
saldo.
THAT’S
A BIG MOTIVATION buat bertahan cari duit bayar paket tour ke Nepal ! $450, Big
Money too L
Singkat
cerita, budgeting dan perkiraan serta harapan tak selaras adanya. I’ve quit my
job sebulan kemudian. I CAN’T make it. I CAN’T go there. And the ticket was
refundable. So….. just TRUST GOD. Dia maha kaya. I’ve got a new job, yang walaupun
cuma bisa bertahan 5 bulan. Dan diantara 5 bulan itu, November 2014 I’ve
inspired to go to LEGOLAND at Johor Bahru, Malaysia. You know it well, I’ve
beli tiket pesawat PP Jakarta-Kuala Lumpur seharga printer yang aku jual to my
sister. Jadilah trip ini dari BJM-JKT-KL-KTM-KL-JKT-KL-JB-SGP-JB-KL-PNG-KL-JKT-BJM. Tentu budget yang ada
masih kurang 3 juta buat pergi ke sana. Dan sudah bulan Maret 2015.
Hampir
menyerah dan merelakan tiket pesawat melayang. Macam sudah menyiapkan hati
untuk ikhlas.
No,
3 April 2014, aku harus terbang !
Tengah
maret, lunas untuk biaya trip Nepal. Untuk biaya hidupnya disana = entahlah.
Untuk LegoLand = liat sisa duit yang ada.
Akhir
maret, bismillah….
D-Day.
Karena
pesawat penerbangan JKT-KL jam 6 pagi, diputuskan untuk berangkat dari BJM-JKT
naik pesawat malam dan tidur di bandara Seokarno-Hatta saja, hemat praktis.
Dalilah, si LIO*AIR pake acara delay. Jadilah jam satu dini hari baru mendarat
di terminal 1 yang mana kagok mau tidur dimana. Alhamdulillahnya masih ada
shuttle bus bandara ke terminal 3. Terminal yang menurut bloger enak buat
nunggu pagi. Ah, kebetulan juga airas*a berangkat dari sana. Niat hati mau
tidur, kursinya banyak kosong, tapi ga tidurable banget. Untungnya udah makan
berkat Tuhan yang maha pengasih, kompensasi delay dapet nasi kotak buat makan
malam.
Terminal 3 SeokarnoHatta |
Jadilah
pagi itu menyenangkan. Sekian lama menunggu momen ini dengan perhematan yang
luar biasa. I FLY !
Sampai
di KL karena jam penerbangan beda dengan rombongan Jilbab Traveler lainnya,
nunggu di gate Q-14 yang masih lama baru dibuka… Gentayangan nyari wangsit buat
napping enak. Ternyata lapar, dan ternyata aku nervous sendiri ngeliat
rombongan bunda Asma dari jauh. Mau nyapa yang mana dulu, yang ini apa yang
itu. Yang namanya Ka Tati juga yang mana ? Yang Widya yang mana ? Bunda Asma,
penulis, a.k.a ketua rombongan, aku mau ngobrol apaaaaa, keder duluan….. nyari Ka
Tati yang sama dari Banjarmasin ternyata juga lagi sholat. So, awkward…. But,
bunda Asma sangatttttt friendly dan bikin comfy banget. Sampai akhirnya kenalan
semua, welcome to gate Q-14 yang sudah terbuka lebar. Waktu berjalan cepat,
panggilan buat boarding dengan manis mengalun merdu.
For
first time naik airas*a jarak jauh dan isinya didominasi laki-laki India-Nepal.
5 jam terpening on my laiiiip. The smell yang sangat khas, kindly menyengat,
ditambah pesawatnya yang ngga enak banget dan hungry. Perfect kombinasi. The
most regretful was meninggalkan krepes coklat kacang pemberian cuma-Cuma ka
Tati dibackpack di kabin yang mana posisi duduk samping jendela sejajar dengan
dua laki-laki asing yang males aja permisi lewat ke mereka. FIX Penerbangan
yang RA PENAK BLAS. For the first time ngunyah promag dua biji + tolakangin gak
pake air.
Mendaratlahhhhh
kita di Tribhuvan International Airport. Still can’t believe. 36 jam perjalanan
dari rumah, melintasi 4 kota 3 negara. Jam 7 malam disambut sejuknya Kathmandu
yang kemudian disambut petugas imigrasi berkumis tipis. AAAA…. Macam polisi di
film India !
Sampailah
pada kejutan….. Tas bagasi ka Tati, ka Marlindia dan bu Asih yang dinyatakan
tertinggal di bandara KL. Besok atau lusa bisa diambil lagi. Dan ternyata ini
menjadi berkah tersendiri for me khususnya. Yang mentakdirkan roommate selama 8
hari di sini. I was so lucky, sekamar dengan ka Tati yang sebahasa Ibu…. Banjar….
Karena
hal bagasi itu pula, sampai penginapan pun molor. Dan sebelumnya, kita dari
bandara naik van jadul yang barang-barang bagasi kita diikat diatasnya.
Lagi-lagi macam di film India ! Sayang sudah gelap, tak sempat foto-foto waktu
itu.
Sudah
hampir 23.00, setelah ngebagi kunci kamar dan drop bagasi, yang padahal
semuanya udah capek tapi karena lapar, absolutely. Dari penginapan menuju
penginapan lainnya, Dream Nepal, untuk welcoming dinner. Late dinner. Yang menunya
halal antara steak daging sapi impor atau
nasi goreng. Entah karena apa, sampai sekarang urutan pertama steak paling enak
yang pernah aku makan adalah steak ini.
Abaikan wajah yang macam wayang |
Selasai makan hampir jam setengah satu dini
hari, kita serombongan perempuan semua yang untungnya ada cowok satu, si Zaki anak bunda Asih. Dijalanan kecil antar
gang gelap, suhu dingin, mata ngantuk tapi hati senang, kita ketawa-ketawa
bahagia. Sampai ada anjing jalanan gede nan menakutkan mulai ngikutin dari
belakang. So creepy… Kita semua takut anjing. Belum selesai sama anjing
jalanan, didepan sana ada segerombolan anak muda lagi mabuk. Somehow, jalan
bergroup itu sekuritasnya emang tinggi. Kita jalan cepet-cepet. Nyampe
penginapan, cuci muka, wudhu pake air yang dingin banget plus rasa karat yang
menyengat. What a day !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar