शुभ प्रभात (Shubha Prabhat) !
Selamat
pagi semua.... Sangat benar-benar lama melanjutkan catatan trip ini, entah
karena apa selalu tertunda, seperti mencicil ingatan yang semakin memudar. Tapi
satu hal yang masih jelas, adalah perasaan bahagianya, tak putus rasa syukur
pernah berbagi jejak di Negeri ini.
Pagi
ke-empat, jalan seharian kemarin tak menyisakan penat sama sekali. Hari ini
tujuan kami adalah Pokhara, kota kedua terbesar di Nepal. Jaraknya sekitar 200
km dari kota Kathmandu, lebih kurang Amuntai – Banjarmasin. Tapi jalanya
menanjak dan semacam naik ke arah Nagarkot kemarin, berliku dan menanjak, namun
aspalnya sedikit lebih mulus. Sebelum berangkat kita serombongan sarapan dulu di
lobby hotel sebelah, hihihhii (magic bukan ?). Buah anggur hijau, pepaya,
pisang, oseng kentang, roti bakar dengan butter atau selai stroberi dan tak ada
nasi kuning tentunya. Setelah sarapan mobil van touris kami sudah siap
mengangkut Jilbab Traveler selama enam jam kedepan. Posisi duduk kali ini ada
perubahan antara kak Mar dengan kak Ari. Hari ini sebelahan duduk sama kak Ari,
Idat tetap setia dibangku belakang bersama ransel dan koper. Feeling so exited
karena di Pokhara, agendanya adalah ngeliat Fish Tailnya Himalaya.
Bhikram and Driver, cr : zaki |
Tak
lama meninggalkan kota Kathmandu, mobil berhenti di pom bensin, sekalian pada mau
ke toilet. Sumpah suasananya macam film india jadul banget, debu tanah merah
berterbangan, truk-truk tua berjejeran, beserta sopir-sopir berwajah India
berkalung handuk putih kecil dileher. Mesin pengukur bensinnya pun terlihat
antik dibalut dengan warna merah dengan tulisan Nepali. Sebelum pada turun ke
toilet, Bhikram duluan nge-cek toilet yang ada disini. Dia kembali ke mobil dan
bilang ada toilet, dan mungkin bisa dipakai kalau mau (tapi mukanya khawatir
gitu). Yuppp.... para bunda pada turun, dan kembali sambil pegang hidung. Maaf,
pesing sekali katanya (kekhawatiran Bhikram terjawab).
Perjalan dilanjutkan dengan memutar cd baru lagu snatum kaur’nya kak Murni diiringi ketawa-ketiwi geli inget tragedi tersesat kemarin, lama kelamaan jalanan menanjak, berkelok melintasi gunung-gunung sendu. Bus antarkota jadul lalu lalang dengan cepat. Seperti di acara tv The Deadliest Road, kawasan India-Nepal sopir-sopirnya nekat semua. Jalanan kecil berkelok, kiri kanan jurang truk/bus jadul (banget) tetap digeber dengan kecepatan tinggi. Kalau dulu cuma bisa liat di tv, sekarang sudah tau rasanya gimana stressnya si Lisa waktu ditantangin nyopir bus dijalur kawasan Himalaya di India episode season berapa gitu lupa dah. Tiba-tiba didepan sana, bus-bus pada berhenti, baru aja ngebayangin si Lisa kok ini pada berhenti ditanjakan. Mobil kami nanjak pelan-pelan ngikutin bus didepan, tapi gak ada tanda-tanda kecelakaan atau apapun yang bikin jalan kendaraan melambat. Tapi, kok orang-orang pada keluar dari busnya, pada berdiri-diri dipinggir jalan yang curam (bawah jurang). Usut punya usut, ternyata mereka lagi rehat, sebagian lainnya pada turun ke tebing, buat pipis. Cowok deket pepohonan, yang cewek dibalik semak-semak. Pemandangan unik sekali, bikin tergelitik hati, feel like masuk ke jaman dulu banget pokoknya. Ga sopan juga kan poto-poto’in, hihihiii
Perjalanan
benar-benar panjang, mata mulai mengantuk, baru mau pejamin mata, mobil berbelok
ke kawasan ilalang tinggi turun kebawah dengan jalan berbatu. Sepertinya,
tempat ini dikhususkan untuk para pelancong untuk rehat sekalian mengisi perut.
Ada gazebonya, turun kebawah lagi ada aliran sungai beralaskan pecahan bebatuan
gunung. Yup, time for lunch. Kita pesan makanan dengan menu yang bisa disharing
untuk semua. Sekalian sholat disini, ada semacam aula didekat meja makan kami. Bhikram
meminta ijin kepada pihak resto ini untuk sholat dan wudhu. Kami gantian wudhu
diwastafel, masih terasa kesegaran airnya ketika membasuh muka, nenteng sepatu,
jinjit-jinjit jalan ke aula. Langsung fresh kalau sudah sholat mah, sejuk ganda.
Hidangan pun sudah tersaji dimeja makan, semua sudah ambil bagian, tapi tetep
yang paling laku adalah abon rendang bawaan kak Sari. Alhamdulillahnya nasi
putih, lauk, sayurnya enak, pada bersih piringnya hehehee, efek pusing
dijalanan mungkin.
Yah
emang yah eman, sepanjang perjalanan hari ke-empat ini, ga jepret pake kamera, cuma
jepret pake hape (lagi-lagi nyesel). Masih separo jalan lagi untuk nyampe
tujuan. Karena perut kenyang, kembali pada segar, dimobil pada rame lagi. Kak
Ari banyak cerita tentang wayang sampai Mahameru, dari ikan paus botol sampai
puncak Dieng, tentang kenapa ke Nepal dan kenapa pengen banget ke India
(Kemudian cita-cita kak Ari kesampaian juga ke India (2016)). Sungguh mimpi
keliling dunia itu jangan dibuang, terus mimpikan, yakini dan usahakan.
Insyaallah, ada rejekinya, pasti sampai, aamiin. Ketika sudah didataran tinggi,
memasuki pedesaan, banyak sapi-sapi dipinggir jalan, dan rerumputan hijau
berdesakan diantara jalur jalan. Ibu-ibu dan anak-anak berdiri khusyuk diantaranya.
Rumah-rumah sederhana khas rumah desa berjarak agak jauh-jauh. Kemudian semakin
merapat dan ada pasar. Ah, damai sekali melintasinya, seolah tak tersentuh
teknologi, dimana dunia nyata dan dunia maya terpisahkan jauh oleh jamannya
masing-masing. Sambil dengerin cerita-cerita kak Ari yang seru banget, sampai
gak kerasa sampai juga di Pokhara !
NAMASTE
POKHARA !
Kotanya
rapi dan suasananya sedikit beda dengan Kathmandu, lebih lembut dan sejuk. Kita
menginap di Pokhara Dream Hotel, disambut taman hotel yang mungil tapi penuh
bunga-bunga cantik, manis sekali. Plus resepsionisnya ganteng khas Nepal. Idat
udah kesemsem duluan (yang pada akhirnya ga berani selfie). Karena masih belum
terlalu sore, setelah naruh barang, kita pilih lanjut jalan ke Phewa Lake.
Danau Phewa adalah danau terbesar kedua di Nepal, danau ini terkenal karena
pantulan dari gunung Macchapuchhre dan puncak gunung lainnya. Ditengah-tengah
danau terdapat Kuil Taal Barahi, untuk kesana kami menaiki perahu kecil dengan
biaya 100 rupees perorang.
Agak
parno sih naik perahu kecil. Masing-masing dapet pelampung rompi biar aman, tapi
tetep aja serem. Kita totalnya naik empat perahu, perahu pertama ada bunda
Asma, kak Murni, juga kak Siska. Perahu kedua ada bunda Asih, kak Yuki, dan
Zaki. Perahu ketiga ada aku, kak Ari, kak Tati, Kak Sari. Dan terakhir diisi
Idat, kak mar dan Bhikram. Kebayangkan perahuku ada empat orang plus satu nahkodanya.
Mengapung di danau Phewa yang luas deg-deg an nya luar biasa saat yang lain
enjoy poto-poto, aku tegang sendiri. Perahu berjalan lambat sekali, dikelilingi
pepohonan dan pegunungan sebagai latarnya, seharusnya syahdu tapi bagiku ngeri.
Merapatlah perahu dipertambatannya, masih banyak orang di Kuil ini. Ada yang
sedang duduk-duduk, ada yang rehat sambil ngemil, dan kami selepas turun dari
perahu langsung bagi-bagi coklat, semua pada laper mungkin. Dan sambil nulis
ini, aku yakin jepret-jepret dikuil ini, tapi ga ada dimemori, atau jepretnya
pake kamera/hape orang ya ? Disini, ditepian danau, kak Ari ngeluari payung
pelanginya buat jepret-jepret. Eiiiih, semua pada gantian poto pake payung
(hihihiii pun tak ada potonya, kalau ga salah sih pake kamera bunda asma).
Setelah poto-poto, Bhikram mengisyaratkan untuk balik, takut keburu gelap.
Dengan formasi perahu yang sama, kita meluncur pulang. Sesampai di parkiran,
ada mas-mas jualan poster pegunungan Nepal, beli poster yang kemarin pas di
Bhaktapur Durbar Square ga sempet beli dan lebih murah disini. Setelah semua
masuk mobil, senja mulai berganti gelap. Bunda asma diskusi dengan Bhikram buat
nyari tempat makan yang halal, dan ternyata ada disalah satu lorong sepanjang
jejeran pertokoan. Yang kebetulan dekat dengan toko temennya bunda Asma.
Mendaratlah kita disana, karena kami banyak dan pesan banyak jadi agak lambat. Sambil
nunggu pesanan tersaji, yang anak mudanya diajakin bunda asma main ke toko
temennya itu. Kata bunda dia ganteng, namanya mas Suman dan beneran ganteng, kita dipersilahkan
masuk ke tokonya dan manis sekali. Doi jualan baju-baju dan perlengkapan khusus
mendaki. Anak gunung cocok banget deh main kesini. Sambil pilih-pilih dan
dikasih diskon, kita pamit dengan hati senang. Kembali ke rumah makan, sudah
tersaji dengan porsi yang banyak sekali. Dan ga sopan kalau makanannya ga
dihabisin, karena benaran kenyang, sisa nasi gorengnya boleh dibungkus. Dirumah
makan ini juga kita ketemu sama seorang pelancong muslimah dari Malaysia. Dia
seorang diri saja menjelajahi Nepal, big respect banget ! Sekaligus iriiiii :D
cr : zaki |
cr : zaki |
Sudah kenyang, sudah lelah, sudah senang, setiba di hotel langsung bersih-bersih, airnya dingin sekali bikin males mandi. Semakin malam semakin dingin, menyatu dengan selimut adalah penutup sempurna untuk hari yang panjang ini. Besok harus bangun pagi butaaaa......
Selamat Malam Pokhara..... शुभ रात्री (subha ratri) !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar