Kamis, 01 Desember 2016

Day 4 [6 April 2016]



शुभ प्रभात (Shubha Prabhat) !

Selamat pagi semua.... Sangat benar-benar lama melanjutkan catatan trip ini, entah karena apa selalu tertunda, seperti mencicil ingatan yang semakin memudar. Tapi satu hal yang masih jelas, adalah perasaan bahagianya, tak putus rasa syukur pernah berbagi jejak di Negeri ini.

Pagi ke-empat, jalan seharian kemarin tak menyisakan penat sama sekali. Hari ini tujuan kami adalah Pokhara, kota kedua terbesar di Nepal. Jaraknya sekitar 200 km dari kota Kathmandu, lebih kurang Amuntai – Banjarmasin. Tapi jalanya menanjak dan semacam naik ke arah Nagarkot kemarin, berliku dan menanjak, namun aspalnya sedikit lebih mulus. Sebelum berangkat kita serombongan sarapan dulu di lobby hotel sebelah, hihihhii (magic bukan ?). Buah anggur hijau, pepaya, pisang, oseng kentang, roti bakar dengan butter atau selai stroberi dan tak ada nasi kuning tentunya. Setelah sarapan mobil van touris kami sudah siap mengangkut Jilbab Traveler selama enam jam kedepan. Posisi duduk kali ini ada perubahan antara kak Mar dengan kak Ari. Hari ini sebelahan duduk sama kak Ari, Idat tetap setia dibangku belakang bersama ransel dan koper. Feeling so exited karena di Pokhara, agendanya adalah ngeliat Fish Tailnya Himalaya.

Bhikram and Driver, cr : zaki
Tak lama meninggalkan kota Kathmandu, mobil berhenti di pom bensin, sekalian pada mau ke toilet. Sumpah suasananya macam film india jadul banget, debu tanah merah berterbangan, truk-truk tua berjejeran, beserta sopir-sopir berwajah India berkalung handuk putih kecil dileher. Mesin pengukur bensinnya pun terlihat antik dibalut dengan warna merah dengan tulisan Nepali. Sebelum pada turun ke toilet, Bhikram duluan nge-cek toilet yang ada disini. Dia kembali ke mobil dan bilang ada toilet, dan mungkin bisa dipakai kalau mau (tapi mukanya khawatir gitu). Yuppp.... para bunda pada turun, dan kembali sambil pegang hidung. Maaf, pesing sekali katanya (kekhawatiran Bhikram terjawab).



Perjalan dilanjutkan dengan memutar cd baru lagu snatum kaur’nya kak Murni diiringi ketawa-ketiwi geli inget tragedi tersesat kemarin, lama kelamaan jalanan menanjak, berkelok melintasi gunung-gunung sendu. Bus antarkota jadul lalu lalang dengan cepat. Seperti di acara tv The Deadliest Road, kawasan India-Nepal sopir-sopirnya nekat semua. Jalanan kecil berkelok, kiri kanan jurang truk/bus jadul (banget) tetap digeber dengan kecepatan tinggi. Kalau dulu cuma bisa liat di tv, sekarang sudah tau rasanya gimana stressnya si Lisa waktu ditantangin nyopir bus dijalur kawasan Himalaya di India episode season berapa gitu lupa dah. Tiba-tiba didepan sana, bus-bus pada berhenti, baru aja ngebayangin si Lisa kok ini pada berhenti ditanjakan. Mobil kami nanjak pelan-pelan ngikutin bus didepan, tapi gak ada tanda-tanda kecelakaan atau apapun yang bikin jalan kendaraan melambat. Tapi, kok orang-orang pada keluar dari busnya, pada berdiri-diri dipinggir jalan yang curam (bawah jurang). Usut punya usut, ternyata mereka lagi rehat, sebagian lainnya pada turun ke tebing, buat pipis. Cowok deket pepohonan, yang cewek dibalik semak-semak. Pemandangan unik sekali, bikin tergelitik hati, feel like masuk ke jaman dulu banget pokoknya. Ga sopan juga kan poto-poto’in, hihihiii 



Perjalanan benar-benar panjang, mata mulai mengantuk, baru mau pejamin mata, mobil berbelok ke kawasan ilalang tinggi turun kebawah dengan jalan berbatu. Sepertinya, tempat ini dikhususkan untuk para pelancong untuk rehat sekalian mengisi perut. Ada gazebonya, turun kebawah lagi ada aliran sungai beralaskan pecahan bebatuan gunung. Yup, time for lunch. Kita pesan makanan dengan menu yang bisa disharing untuk semua. Sekalian sholat disini, ada semacam aula didekat meja makan kami. Bhikram meminta ijin kepada pihak resto ini untuk sholat dan wudhu. Kami gantian wudhu diwastafel, masih terasa kesegaran airnya ketika membasuh muka, nenteng sepatu, jinjit-jinjit jalan ke aula. Langsung fresh kalau sudah sholat mah, sejuk ganda. Hidangan pun sudah tersaji dimeja makan, semua sudah ambil bagian, tapi tetep yang paling laku adalah abon rendang bawaan kak Sari. Alhamdulillahnya nasi putih, lauk, sayurnya enak, pada bersih piringnya hehehee, efek pusing dijalanan mungkin.





Yah emang yah eman, sepanjang perjalanan hari ke-empat ini, ga jepret pake kamera, cuma jepret pake hape (lagi-lagi nyesel). Masih separo jalan lagi untuk nyampe tujuan. Karena perut kenyang, kembali pada segar, dimobil pada rame lagi. Kak Ari banyak cerita tentang wayang sampai Mahameru, dari ikan paus botol sampai puncak Dieng, tentang kenapa ke Nepal dan kenapa pengen banget ke India (Kemudian cita-cita kak Ari kesampaian juga ke India (2016)). Sungguh mimpi keliling dunia itu jangan dibuang, terus mimpikan, yakini dan usahakan. Insyaallah, ada rejekinya, pasti sampai, aamiin. Ketika sudah didataran tinggi, memasuki pedesaan, banyak sapi-sapi dipinggir jalan, dan rerumputan hijau berdesakan diantara jalur jalan. Ibu-ibu dan anak-anak berdiri khusyuk diantaranya. Rumah-rumah sederhana khas rumah desa berjarak agak jauh-jauh. Kemudian semakin merapat dan ada pasar. Ah, damai sekali melintasinya, seolah tak tersentuh teknologi, dimana dunia nyata dan dunia maya terpisahkan jauh oleh jamannya masing-masing. Sambil dengerin cerita-cerita kak Ari yang seru banget, sampai gak kerasa sampai juga di Pokhara !

NAMASTE POKHARA !

Kotanya rapi dan suasananya sedikit beda dengan Kathmandu, lebih lembut dan sejuk. Kita menginap di Pokhara Dream Hotel, disambut taman hotel yang mungil tapi penuh bunga-bunga cantik, manis sekali. Plus resepsionisnya ganteng khas Nepal. Idat udah kesemsem duluan (yang pada akhirnya ga berani selfie). Karena masih belum terlalu sore, setelah naruh barang, kita pilih lanjut jalan ke Phewa Lake. Danau Phewa adalah danau terbesar kedua di Nepal, danau ini terkenal karena pantulan dari gunung Macchapuchhre dan puncak gunung lainnya. Ditengah-tengah danau terdapat Kuil Taal Barahi, untuk kesana kami menaiki perahu kecil dengan biaya 100 rupees perorang.







Agak parno sih naik perahu kecil. Masing-masing dapet pelampung rompi biar aman, tapi tetep aja serem. Kita totalnya naik empat perahu, perahu pertama ada bunda Asma, kak Murni, juga kak Siska. Perahu kedua ada bunda Asih, kak Yuki, dan Zaki. Perahu ketiga ada aku, kak Ari, kak Tati, Kak Sari. Dan terakhir diisi Idat, kak mar dan Bhikram. Kebayangkan perahuku ada empat orang plus satu nahkodanya. Mengapung di danau Phewa yang luas deg-deg an nya luar biasa saat yang lain enjoy poto-poto, aku tegang sendiri. Perahu berjalan lambat sekali, dikelilingi pepohonan dan pegunungan sebagai latarnya, seharusnya syahdu tapi bagiku ngeri. Merapatlah perahu dipertambatannya, masih banyak orang di Kuil ini. Ada yang sedang duduk-duduk, ada yang rehat sambil ngemil, dan kami selepas turun dari perahu langsung bagi-bagi coklat, semua pada laper mungkin. Dan sambil nulis ini, aku yakin jepret-jepret dikuil ini, tapi ga ada dimemori, atau jepretnya pake kamera/hape orang ya ? Disini, ditepian danau, kak Ari ngeluari payung pelanginya buat jepret-jepret. Eiiiih, semua pada gantian poto pake payung (hihihiii pun tak ada potonya, kalau ga salah sih pake kamera bunda asma). 

Setelah poto-poto, Bhikram mengisyaratkan untuk balik, takut keburu gelap. Dengan formasi perahu yang sama, kita meluncur pulang. Sesampai di parkiran, ada mas-mas jualan poster pegunungan Nepal, beli poster yang kemarin pas di Bhaktapur Durbar Square ga sempet beli dan lebih murah disini. Setelah semua masuk mobil, senja mulai berganti gelap. Bunda asma diskusi dengan Bhikram buat nyari tempat makan yang halal, dan ternyata ada disalah satu lorong sepanjang jejeran pertokoan. Yang kebetulan dekat dengan toko temennya bunda Asma. Mendaratlah kita disana, karena kami banyak dan pesan banyak jadi agak lambat. Sambil nunggu pesanan tersaji, yang anak mudanya diajakin bunda asma main ke toko temennya itu. Kata bunda dia ganteng, namanya mas Suman dan beneran ganteng, kita dipersilahkan masuk ke tokonya dan manis sekali. Doi jualan baju-baju dan perlengkapan khusus mendaki. Anak gunung cocok banget deh main kesini. Sambil pilih-pilih dan dikasih diskon, kita pamit dengan hati senang. Kembali ke rumah makan, sudah tersaji dengan porsi yang banyak sekali. Dan ga sopan kalau makanannya ga dihabisin, karena benaran kenyang, sisa nasi gorengnya boleh dibungkus. Dirumah makan ini juga kita ketemu sama seorang pelancong muslimah dari Malaysia. Dia seorang diri saja menjelajahi Nepal, big respect banget ! Sekaligus iriiiii :D

cr : zaki 
cr : zaki
Sudah kenyang, sudah lelah, sudah senang, setiba di hotel langsung bersih-bersih, airnya dingin sekali bikin males mandi. Semakin malam semakin dingin, menyatu dengan selimut adalah penutup sempurna untuk hari yang panjang ini. Besok harus bangun pagi butaaaa......

Selamat Malam Pokhara..... शुभ रात्री (subha ratri) !





Tidak ada komentar: