Minggu, 25 Desember 2016

Day 7 [9 April 2015]

Tiket Pesawat, credit : Zaki

Tepat seminggu.... Selamat pagi Kathmandu !

Pagi yang cerah untuk memulai hari kamis ceria, pertama-tama senyum dulu, karena kesedihan adalah perlu untuk menguatkan hati. Bumil sudah ready untuk Mountain Flight bersama Idat, Kak Ari, Kak Mar, Kak Siska, Kak Murni dan Zaki. Sisanya nunggu dikamar hotel, dan aku cuma bisa gigit bantal menanti cerita dari mereka. Mountain fligh adalah terbang diatas langit dengan pesawat kecil mengelilingi pegunungan Himalaya, dan cukup satu jam penerbangan untuk dapat menikmati puncak-puncak indahnya. Setelah lepas landas dari bandara Kathmandu, pesawat menuju ke arah timur.

credit : Zaki
Pintu Masuk, credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
Ready, credit : WA group
credit : WA Group
credit : trekkingmapdotcom
Tak menunggu lama dari sisi kiri terlihat gunung Gosaithan atau juga disebut Shisha Pangma, berdiri dengan megahnya diatas 8.013 meter diatas permukaan laut. Disebelah kanan Gosaithan, ada gunung Dorje Lakpa dengan ketinggian 6.966 meter yang terlihat seperti angka 8 terbaring dan tertutup oleh salju. Semakin memanjakan mata, disebelah kanannya lagi disambut gunung Phurbi Ghyachu yang membayangi lembah Kathmandu. Pesawat terbang pelan dan lebih mendekat disepanjang pegunungan, semua terlihat memutih dan menyimpan keanggunan sekaligus misteri yang tak mampu terpecahkan.

Photographer, credit : WA Grup 
Loveable, credit : WA Grup
credit : Zaki
credit : Zaki
Selanjutnya terlihat gunung terkecil dari banyak pegunungan disana, yaitu Choba-Bhamre (5.993 m). Gunung ini merupakan salah satu gunung yang sulit untuk ditaklukan dan belum ada yang mendakinya. Dan munculah gunung yang tak hanya indah dipandang mata tetapi juga penuh spiritualitas, gunung Gauri-Shankar. Diceritakan bahwa gunung ini dilindungi oleh Dewa Siwa dan istrinya Gauri, diketinggian 7.134 meter puncaknya sangat curam dan tajam. Ketika pesawat semakin mengarah ke timur, sebuah dataran tinggi Melungtse membentang hingga 7.032 meter. Salah satu puncaknya, Chugimago (6.297 m) merupakan gunung perawan yang menunggu untuk didaki. 

credit : Zaki
credit : Nasa
Melungtse, credit : google
Pada ketinggian 6.956 meter gunung Numbur yang berbentuk payudara, merupakan sumber keibuan dari langit yang menyediakan susu untuk Shepas dari Solu Khumbu. Berikutnya gunung Karyolung di 6.511 meter yang sangat putih sehingga berkilauan oleh cahaya matahari. Kemudian berdiri dengan sangat cantiknya gunung Cho-Oyu (8.201 m), gunung kedelapan tertinggi di dunia terpampang nyata dibingkai jendela pesawat. Berlanjut kemegahan gunung Gyanchungkang diketinggian 7.952 meter yang juga sebagai salah satu pendakian yang sangat sulit. Dan disebelah kanannya ada gunung Pumori (7.161 m), semakin lebih dekat akan bertemu gunung Nuptse (7.855 m) yang berarti puncak barat menandakan arah dari gunung Everest. 

credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
SO, here we are..... akhirnya diketinggian 8.848 meter kita bertemu dengan gunung Everest ! Yang juga dikenal dengan sebutan Sagarmatha oleh bangsa Nepal atau Chomulungna oleh bangsa Tibet. Jadi ingat Medina Kamil waktu itu liputan Jejak Petualangan di mari, doi nangis-nangis karena sakit dan harus nyerah ke puncak Everest. Juga keingat ada film dari Indonesia yang dibintangi ama Nadine Chandrawinata dengan judul “Sagarmatha”, lumayan sebagai obat kalau pengen banget ekspedisi ke tempat tertinggi di bumi ini.

credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
credit : Zaki
credit : google
Beribuuuu penyeselan kenapa ga ikut mountain flight ini, karena worth it banget sebenarnya dengan merogoh kocek sekitar $200 untuk menikmati keindahan Himalaya dari sangat dekat. But, apa daya memang si bokek ga mampu hikz. Intinya bakalan balik ke sini ! Niatin nabung kuat-kuat pokoknya, juga perlu akomodasi sekitar $500 untuk nyobain trekking sampe Annapurna Base Camp sekalian. Hadud dah, semoga direstuin ama semesta. -Aamiin-. Dan kalau sudah mendarat kembali ke bandara Kathmandu, passengers mendapatkan sertifikat yang ditanda tangani oleh pilotnya tanda pernah keliling bersama their airlines.

credit : Zaki
credit : Zaki
Sesampai di Hotel, ngumpul lagi buat sarapan dan diskusi sama bunda Asma tentang kegiatan hari ini, karena hari ke-7 ini adalah free tour, bebas kemana saja tanpa terikat waktu seharian. Kita memilih mencar-mencar, dan kalau tidak ada tujuan boleh ikut sama bunda Asma belanja disekitaran Thamel. Berangkatlah sesuai tujuan masing-masing, aku dan Idat ngekor Kak Tati dan Kak Ari yang ngikut Bunda Asma belanja. Idat pengen banget nyari baju quick dry ama sepatu hiking dari kemarin di Pokhara, Kak Tati pengen nyari batu permata, Kak Ari fokus cari oleh-oleh buat ponakannya dan bunda nyari souvenir khas Nepal. Aku nyari apa ? Nyari kebahagian (aslinya sudah kempes dompetnya). Sepanjang jalan dari Hotel yang memang ada dikawasan Thamel, cukup jalan kaki dan gak berasa capek karena kiri kanan toko semua. Karena bunda Asma udah pernah ke Nepal sebelumnya, jadi beliau sudah hapal seluk beluk menuju toko-toko favoritnya. Kita mampir-mampir dulu ke toko permata, toko pertama yang kiata kunjungi berasa persis pertokoan permata di pasar Martapura. Kita senyum mesem-mesem, rupanya jauh-jauh ke Nepal pertokoan dan perbatuan permatanya bak pinang dibelah dua ama yang di pulau Kalimantan, bedanya yang jualan orang Nepal. Karena mirip sekali, Kak Tati berfokus cari batu murni yang benar-benar khas Nepal sebagai cendera mata. Yang namanya mencari terbaik, kita nyoba keluar masuk toko untuk beburu oleh-oleh. Sebelum dilanjutkan hunting-nya, bunda Asma ada urusan dulu dengan temannya, kita ngikutin beliau ke salah satu hotel yang lobbynya juga dijadikan sebagai tempat informasi wisata di Nepal.














Setelah urusan bunda selesai, kita jalan lagi mampir-mapir ke sepanjang pertokoan. Ada toko semacam body shop yang menjual produk kecantikan home-made Nepal. Ada toko karpet yang penjualnya ala-ala Arab-Turki, pun juga pastinya banyak sekali toko baju dan pashmina. Saking mepetnya antar toko, pintu masuk toko perhiasan jadi nampak kacanya saja. Kita kembali mencari batu khas Nepal, yang kebetulan ada di toko (lupa namanya), setelah deal dengan penjualnya, kebetulan Kak Tati gak bawa cash-money, penjualnya bersedia menemani ke ATM, dan meninggalkan toko-nya begitu saja. Sedangkan bunda dan Kak Ari pergi duluan, di toko ini cuma tersisa aku dan Idat, dengan batu permata yang tanpa pengawasan tergeletak begitu saja diatas meja. Idat langsung keder sendiri, “Gimana kalau ada maling ? Gimana kalau ini dicuri ? Kita Gimana ini ? Kalau ada yang masuk ke toko ? Kalau kita niat jahat ?”. Memang bikin ngeri-ngeri lucu juga, tanpa aba-aba pemilik toko langsung aja keluar bersama Kak Tati, kita berdua duduk melongo bersama batu permata yang entah berapa duit kalau diselipin ke tas (haram woy) Hahahaa. Sambil gelisah nungguin Kak Tati balik, duduk berdiri jagain pintu semacam tanggung jawab besar kalau toko ini kenapa-kenapa. Nyari bunda dan Kak Ari pun mustahil sekali diantara banyak pertokoan. Soalnya kita juga takut, kalau-kalau Kak Tati dijalan dicopet atau ditipu orang (waspada di negeri orang sangat perlu, apalagi di negara yang terkenal tinggi tingkat scam-nya). Dan setelah Bumil kembali dengan selamat beserta empu-nya toko itu perasaannya lega sekali, Alhamdulillah beneran lega.



Tak terasa waktu sudah siang dan perut keroncongan. Sebelumnya bunda sudah nanya sama pemilik toko perhiasan tadi yang juga muslim dimana rumah makan yang halal, katanya ada di depan sana, ada rumah makan milik orang Malaysia. Nama rumah makannya “Anatolia”, ada dilantai atas sebuah ruko. Rada takut juga masuk kedalam lorong agak gelap dan naik tangga, karena tidak ada tanda-tanda rumah makannya. Ternyata setelah sampai ke lantai dua, cukup terang oleh sinar matahari dan tempatnya lumayan bagus. Kita pilih duduk lesehan walaupun banyak kursi kosong, karena desainnya ala-ala timur tengah duduk beralas bantal. Setelah pesan makanan yang entah gimana bentuknya, tebak-tebak berhadiah. Kita mau sekalian sholat Juhur disini, karena dipikirnya rumah makan Malaysia pasti ada mushola, ternyata tebakannya keliru. Tidak ada mushola, pun space kecil. Bunda meminta ijin untuk numpang sholat diantara meja dan kursi kosong didekat kasir, dengan sangat pengertian pelayannya mengosongkan sepetak tempat yang cukuplah untuk satu sajadah. Kita pun gantian mengambil wudhu ditoilet yang super duper kecil, wastafelnya pun sangat kecil. Rupanya rata-rata toilet di rumah makan di Nepal sangat sempit dan kecil. Kewajiban pun sudah tunai, makanan juga belum tersaji. Teringat kalau hari ini tanggal 9 April, ulang tahunnya Yuna, pengennya bikin video bunda Asma ngucapin selamat gitu, tapi ya karena aku-nya pemalu hehehee ganti sama tulisan di tisu (untung ingat kanji otanjoubi).

Anatolia


Satu-persatu hidangan datang, ada sop tomat, kare, telur dadar (takut menu yang lain ga cocok), salad sayur minyak zaitun, ada ayam dimasak gimana gitu (lupa namanya), nasi putih, nasi goreng dan sampai penuh lah meja beserta minumannya. Dari tampilannya sangat menggiurkan, tapi tak berekspektasi tinggi dengan rasanya, takut kecewa. Tapi pas gigitan pertama nasi putih pake kuah sop tomat plus telor dadarnya, itu nikmattttttt sekali. Begitu pula menu lainnya, enak banget, mungkin makanan terlezat selama di Nepal. Salad sayurnya pun saking kresssnya, pengen nambah lagi, dan katroknya sampai-sampai zaitunnya diembat juga (PAHIT! Itu hiasan ajaa woooy). Gak pake lama, kita berlima sukses menghabiskan hidangan tanpa sisa. Alhamdulillah... Sudah kenyang, ditraktir bumil pula... Barakaallah ya ukhti....








Dengan hati senang, lanjut jalan ke arah pusat kota Kathmandu dengan tujuan akhir “The Garden of Dreams”. Masih dengan acara keluar masuk toko, sambil mencari-cari apa yang dicari, bunda Asma cerita tentang tokoh si Karin. “Hello Kitty” nya mas Bram disinetron Catatan Hati Seorang Istri, beliau terinspirasi dari curhatan-curhatan tentang orang ketiga, dan orang semacam “Karin” ini memang ada dan sama menyebalkannya dengan yang di TV. Si “Hello Kitty” lebih galak daripada Nyonya Sah dari Mas Bram di dunia fiksi adalah potret dari fenomena sosial di dunia nyata. Bahkan mungkin lebih parah kelakuannya, para “Hello Kitty” sepertinya tidak menyadari bahwa karma sejatinya berlaku dikehidupan ini -.....- Karena kkkezel, jadi lanjuut jalan aja yak. Di sepanjang jalan raya ini, pertokoannya lebih besar, rapi dan modern. Juga lebih nyaman mencari dan melihat-lihat barang maupun souvenirnya. Diantara toko sini, Idat borong baju quick dry buat hikingnya. Masing-masing sudah puas dengan hasil perburuan buah tangan untuk keluarga di rumah. Perlahan-lahan akhirnya sampai juga ditujuan, tiket masuknya sebesar 200 rupees per-orang.






Masuk ke taman ini seperti melewati portal ajaib. Kalau diluar pagar ini panas, kering, dan berdebu, didalam sini sejuk, lembab dan manis. Tamannya tertata rapi dan benar-benar pemandangan yang menyegarkan. Hijau dan penuh warna, banyak disediakan kursi dan tempat lapang untuk selonjoran, tempat yang piknik-able diantara hiruk pikuk rutinitas Kathmandu. Ternyata bunda Asih, Kak Mar, Kak Yuki dan Zaki sudah nongkrong disini duluan. Si Zaki malah sudah rebahan diatas rumput yang bak permadani empuk. Seolah tersihir dengan tempat ini yang memang beda banget sama yang diluar, rasanya eman gak keliling-keliling. Tempatnya nyaman sekali, bahkan ada tupai dengan bebas lari-lari diantara tanaman-tanaman. Disini kita mencar-mencar asik sendiri poto-poto bunga warna-warni, suasananya teduh dan bikin relax.













credit :  bunda Asma Nadia
Setelah asik masing-masing, kita ngumpul di Open Air Theater sambil duduk-duduk santai, ngobrol dan rehat sekalian poto-poto. Sesantai di Pantai, bunda Asih bagiin buku beliau beserta tanda tangannya. Karena trip ini dari penulis, selain jalan-jalan, juga dapat ilmu nulis dan fotografi sekaligus, bonus ilmu kehidupan itu sendiri. Dunia fiksi dan dunia nyata yang berdampingan, panas terik dan keteduhan yang bergantian, pelajaran dan pengajaran yang beriringan, dan apapun yang silih berganti menempati posisinya masing-masing. Warna-warni bunga, ragam budaya, dan berbagai agama selaras indah di Negeri ini. Terlepas dengan carut marut kabel listriknya, tidak masalah warna kulitmu apa, berbahasa manapun, dan macam gaya pakaianmu, kebaikan adalah kunci utama berkomunikasi. Negeri para Dewa ini benar-benar menakjubkan... Masyaallah.



credit :  bunda Asma Nadia
credit :  bunda Asma Nadia
credit :  bunda Asma Nadia
credit :  bunda Asma Nadia
credit :  bunda Asma Nadia

Mataharipun mulai tenggelam, cahayanya rebah dibayangan para pejalan kaki. Kami bersama-sama meninggalkan taman mimpi ini, dengan berbagi kenangannya. Hiruk pikuk Kathmandu kembali menerjang, bunyi klakson mengganti kesunyian, motor lalu-lalang seolah tak memberikan jalan untuk menyeberang dengan tenang. Benar-benar sulap sekali dinding yang kokoh ini, memisahkan keriuhan dengan ketenangan.





Karena sudah kebanyakan jalan kaki hari ini, bumil ngajak naik taksi buat balik ke Hotel. Sisanya melanjutkan jalan kaki. Dalilah, baru jalan sedikit satu belokan, taksi kami sudah berada di jalanan kawasan Thamel. Yang pastinya deket saja dengan hotel kami. Benar-benar magic hari ini, perasaan pagi tadi jalan kaki muter-muter berasa jauh sekali, kok pas pulangnya cepat nyampe (walaupun gak pake taksi). Maghrib pun datang mengganti, mandi dulu biar seger kembali. Dan tibalah dinner terakhir kita ditempat ini. Besok malam sudah terbang meninggalkan Nepal dan kebersamaannya. Selesai dinner, aku main dulu ke kamar Idat dan Kak Ari yang kebetulan lagi packing. Ternyata belanjaan hari ini berhasil membuat tas Idat gak bisa nutup. Dan disebelah tas Idat ada tas carrier kak Ari yang setinggi balita, mungkin beratnya sudah lebih 20 kilo. Keasikan ngobrol dimari sampai lupa misi awal kesini, mau minta tolong kak Ari mijatin bumil yang dilanda pegal-pegal. Tempat ngobrol pun berpindah ke kamar bumil, sambil memijat dan dipijat dan ngebahas ini itu, tak terasa malam semakin larut.

Malam ini malam terakhir di Kathmandu, kota yang berhasil membuat jatuh hati dengan segala keeksotisannya. Berat rasanya hati ini untuk berpisah, seberat mata ini menahan kantuk yang tak terkira.


What a MAGIC7 day !

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Masukannya