|
Tiket Pesawat, credit : Zaki |
Tepat seminggu.... Selamat pagi Kathmandu !
Pagi yang cerah untuk memulai hari kamis ceria, pertama-tama
senyum dulu, karena kesedihan adalah perlu untuk menguatkan hati. Bumil sudah
ready untuk Mountain Flight bersama Idat, Kak Ari, Kak Mar, Kak Siska, Kak
Murni dan Zaki. Sisanya nunggu dikamar hotel, dan aku cuma bisa gigit bantal
menanti cerita dari mereka. Mountain fligh adalah terbang diatas langit dengan
pesawat kecil mengelilingi pegunungan Himalaya, dan cukup satu jam penerbangan
untuk dapat menikmati puncak-puncak indahnya. Setelah lepas landas dari bandara
Kathmandu, pesawat menuju ke arah timur.
|
credit : Zaki |
|
Pintu Masuk, credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
Ready, credit : WA group |
|
credit : WA Group |
|
credit : trekkingmapdotcom |
Tak menunggu lama dari sisi kiri terlihat gunung Gosaithan
atau juga disebut Shisha Pangma, berdiri dengan megahnya diatas 8.013 meter
diatas permukaan laut. Disebelah kanan Gosaithan, ada gunung Dorje Lakpa dengan
ketinggian 6.966 meter yang terlihat seperti angka 8 terbaring dan tertutup
oleh salju. Semakin memanjakan mata, disebelah kanannya lagi disambut gunung
Phurbi Ghyachu yang membayangi lembah Kathmandu. Pesawat terbang pelan dan
lebih mendekat disepanjang pegunungan, semua terlihat memutih dan menyimpan
keanggunan sekaligus misteri yang tak mampu terpecahkan.
|
Photographer, credit : WA Grup |
|
Loveable, credit : WA Grup |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
Selanjutnya terlihat
gunung terkecil dari banyak pegunungan disana, yaitu Choba-Bhamre (5.993 m).
Gunung ini merupakan salah satu gunung yang sulit untuk ditaklukan dan belum
ada yang mendakinya. Dan munculah gunung yang tak hanya indah dipandang mata
tetapi juga penuh spiritualitas, gunung Gauri-Shankar. Diceritakan bahwa gunung
ini dilindungi oleh Dewa Siwa dan istrinya Gauri, diketinggian 7.134 meter
puncaknya sangat curam dan tajam. Ketika pesawat semakin mengarah ke timur,
sebuah dataran tinggi Melungtse membentang hingga 7.032 meter. Salah satu
puncaknya, Chugimago (6.297 m) merupakan gunung perawan yang menunggu untuk
didaki.
|
credit : Zaki |
|
credit : Nasa |
|
Melungtse, credit : google |
Pada ketinggian 6.956 meter gunung Numbur yang berbentuk payudara,
merupakan sumber keibuan dari langit yang menyediakan susu untuk Shepas dari
Solu Khumbu. Berikutnya gunung Karyolung di 6.511 meter yang sangat putih
sehingga berkilauan oleh cahaya matahari. Kemudian berdiri dengan sangat
cantiknya gunung Cho-Oyu (8.201 m), gunung kedelapan tertinggi di dunia
terpampang nyata dibingkai jendela pesawat. Berlanjut kemegahan gunung
Gyanchungkang diketinggian 7.952 meter yang juga sebagai salah satu pendakian
yang sangat sulit. Dan disebelah kanannya ada gunung Pumori (7.161 m), semakin
lebih dekat akan bertemu gunung Nuptse (7.855 m) yang berarti puncak barat
menandakan arah dari gunung Everest.
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
SO, here we are..... akhirnya diketinggian
8.848 meter kita bertemu dengan gunung Everest ! Yang juga dikenal dengan
sebutan Sagarmatha oleh bangsa Nepal atau Chomulungna oleh bangsa Tibet. Jadi
ingat Medina Kamil waktu itu liputan Jejak Petualangan di mari, doi
nangis-nangis karena sakit dan harus nyerah ke puncak Everest. Juga keingat ada
film dari Indonesia yang dibintangi ama Nadine Chandrawinata dengan judul
“Sagarmatha”, lumayan sebagai obat kalau pengen banget ekspedisi ke tempat
tertinggi di bumi ini.
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
|
credit : google |
Beribuuuu penyeselan kenapa ga ikut mountain flight ini,
karena worth it banget sebenarnya dengan merogoh kocek sekitar $200 untuk
menikmati keindahan Himalaya dari sangat dekat. But, apa daya memang si bokek
ga mampu hikz. Intinya bakalan balik ke sini ! Niatin nabung kuat-kuat
pokoknya, juga perlu akomodasi sekitar $500 untuk nyobain trekking sampe
Annapurna Base Camp sekalian. Hadud dah, semoga direstuin ama semesta. -Aamiin-.
Dan kalau sudah mendarat kembali ke bandara Kathmandu, passengers mendapatkan
sertifikat yang ditanda tangani oleh pilotnya tanda pernah keliling bersama
their airlines.
|
credit : Zaki |
|
credit : Zaki |
Sesampai di Hotel, ngumpul lagi buat sarapan dan diskusi
sama bunda Asma tentang kegiatan hari ini, karena hari ke-7 ini adalah free
tour, bebas kemana saja tanpa terikat waktu seharian. Kita memilih
mencar-mencar, dan kalau tidak ada tujuan boleh ikut sama bunda Asma belanja
disekitaran Thamel. Berangkatlah sesuai tujuan masing-masing, aku dan Idat
ngekor Kak Tati dan Kak Ari yang ngikut Bunda Asma belanja. Idat pengen banget
nyari baju quick dry ama sepatu hiking dari kemarin di Pokhara, Kak Tati pengen
nyari batu permata, Kak Ari fokus cari oleh-oleh buat ponakannya dan bunda
nyari souvenir khas Nepal. Aku nyari apa ? Nyari kebahagian (aslinya sudah
kempes dompetnya). Sepanjang jalan dari Hotel yang memang ada dikawasan Thamel,
cukup jalan kaki dan gak berasa capek karena kiri kanan toko semua. Karena
bunda Asma udah pernah ke Nepal sebelumnya, jadi beliau sudah hapal seluk beluk
menuju toko-toko favoritnya. Kita mampir-mampir dulu ke toko permata, toko
pertama yang kiata kunjungi berasa persis pertokoan permata di pasar Martapura.
Kita senyum mesem-mesem, rupanya jauh-jauh ke Nepal pertokoan dan perbatuan
permatanya bak pinang dibelah dua ama yang di pulau Kalimantan, bedanya yang
jualan orang Nepal. Karena mirip sekali, Kak Tati berfokus cari batu murni yang
benar-benar khas Nepal sebagai cendera mata. Yang namanya mencari terbaik, kita
nyoba keluar masuk toko untuk beburu oleh-oleh. Sebelum dilanjutkan
hunting-nya, bunda Asma ada urusan dulu dengan temannya, kita ngikutin beliau
ke salah satu hotel yang lobbynya juga dijadikan sebagai tempat informasi
wisata di Nepal.
Setelah urusan bunda selesai, kita jalan lagi mampir-mapir
ke sepanjang pertokoan. Ada toko semacam body shop yang menjual produk
kecantikan home-made Nepal. Ada toko karpet yang penjualnya ala-ala Arab-Turki,
pun juga pastinya banyak sekali toko baju dan pashmina. Saking mepetnya antar
toko, pintu masuk toko perhiasan jadi nampak kacanya saja. Kita kembali mencari
batu khas Nepal, yang kebetulan ada di toko (lupa namanya), setelah deal dengan
penjualnya, kebetulan Kak Tati gak bawa cash-money, penjualnya bersedia
menemani ke ATM, dan meninggalkan toko-nya begitu saja. Sedangkan bunda dan Kak
Ari pergi duluan, di toko ini cuma tersisa aku dan Idat, dengan batu permata
yang tanpa pengawasan tergeletak begitu saja diatas meja. Idat langsung keder
sendiri, “Gimana kalau ada maling ? Gimana kalau ini dicuri ? Kita Gimana ini ?
Kalau ada yang masuk ke toko ? Kalau kita niat jahat ?”. Memang bikin
ngeri-ngeri lucu juga, tanpa aba-aba pemilik toko langsung aja keluar bersama
Kak Tati, kita berdua duduk melongo bersama batu permata yang entah berapa duit
kalau diselipin ke tas (haram woy) Hahahaa. Sambil gelisah nungguin Kak Tati
balik, duduk berdiri jagain pintu semacam tanggung jawab besar kalau toko ini
kenapa-kenapa. Nyari bunda dan Kak Ari pun mustahil sekali diantara banyak
pertokoan. Soalnya kita juga takut, kalau-kalau Kak Tati dijalan dicopet atau
ditipu orang (waspada di negeri orang sangat perlu, apalagi di negara yang
terkenal tinggi tingkat scam-nya). Dan setelah Bumil kembali dengan selamat
beserta empu-nya toko itu perasaannya lega sekali, Alhamdulillah beneran lega.
Tak terasa waktu sudah siang dan perut keroncongan.
Sebelumnya bunda sudah nanya sama pemilik toko perhiasan tadi yang juga muslim
dimana rumah makan yang halal, katanya ada di depan sana, ada rumah makan milik
orang Malaysia. Nama rumah makannya “Anatolia”, ada dilantai atas sebuah ruko.
Rada takut juga masuk kedalam lorong agak gelap dan naik tangga, karena tidak
ada tanda-tanda rumah makannya. Ternyata setelah sampai ke lantai dua, cukup
terang oleh sinar matahari dan tempatnya lumayan bagus. Kita pilih duduk
lesehan walaupun banyak kursi kosong, karena desainnya ala-ala timur tengah
duduk beralas bantal. Setelah pesan makanan yang entah gimana bentuknya,
tebak-tebak berhadiah. Kita mau sekalian sholat Juhur disini, karena dipikirnya
rumah makan Malaysia pasti ada mushola, ternyata tebakannya keliru. Tidak ada
mushola, pun space kecil. Bunda meminta ijin untuk numpang sholat diantara meja
dan kursi kosong didekat kasir, dengan sangat pengertian pelayannya
mengosongkan sepetak tempat yang cukuplah untuk satu sajadah. Kita pun gantian
mengambil wudhu ditoilet yang super duper kecil, wastafelnya pun sangat kecil.
Rupanya rata-rata toilet di rumah makan di Nepal sangat sempit dan kecil.
Kewajiban pun sudah tunai, makanan juga belum tersaji. Teringat kalau hari ini
tanggal 9 April, ulang tahunnya Yuna, pengennya bikin video bunda Asma ngucapin
selamat gitu, tapi ya karena aku-nya pemalu hehehee ganti sama tulisan di tisu
(untung ingat kanji otanjoubi).
|
Anatolia
|
Satu-persatu hidangan datang, ada sop tomat, kare, telur
dadar (takut menu yang lain ga cocok), salad sayur minyak zaitun, ada ayam
dimasak gimana gitu (lupa namanya), nasi putih, nasi goreng dan sampai penuh
lah meja beserta minumannya. Dari tampilannya sangat menggiurkan, tapi tak
berekspektasi tinggi dengan rasanya, takut kecewa. Tapi pas gigitan pertama
nasi putih pake kuah sop tomat plus telor dadarnya, itu nikmattttttt sekali.
Begitu pula menu lainnya, enak banget, mungkin makanan terlezat selama di
Nepal. Salad sayurnya pun saking kresssnya, pengen nambah lagi, dan katroknya
sampai-sampai zaitunnya diembat juga (PAHIT! Itu hiasan ajaa woooy). Gak pake
lama, kita berlima sukses menghabiskan hidangan tanpa sisa. Alhamdulillah...
Sudah kenyang, ditraktir bumil pula... Barakaallah ya ukhti....
Dengan hati senang, lanjut jalan ke arah pusat kota
Kathmandu dengan tujuan akhir “The Garden of Dreams”. Masih dengan acara keluar
masuk toko, sambil mencari-cari apa yang dicari, bunda Asma cerita tentang
tokoh si Karin. “Hello Kitty” nya mas Bram disinetron Catatan Hati Seorang
Istri, beliau terinspirasi dari curhatan-curhatan tentang orang ketiga, dan
orang semacam “Karin” ini memang ada dan sama menyebalkannya dengan yang di TV.
Si “Hello Kitty” lebih galak daripada Nyonya Sah dari Mas Bram di dunia fiksi
adalah potret dari fenomena sosial di dunia nyata. Bahkan mungkin lebih parah
kelakuannya, para “Hello Kitty” sepertinya tidak menyadari bahwa karma
sejatinya berlaku dikehidupan ini -.....- Karena kkkezel, jadi lanjuut jalan
aja yak. Di sepanjang jalan raya ini, pertokoannya lebih besar, rapi dan
modern. Juga lebih nyaman mencari dan melihat-lihat barang maupun souvenirnya. Diantara
toko sini, Idat borong baju quick dry buat hikingnya. Masing-masing sudah puas
dengan hasil perburuan buah tangan untuk keluarga di rumah. Perlahan-lahan
akhirnya sampai juga ditujuan, tiket masuknya sebesar 200 rupees per-orang.
Masuk ke taman ini seperti melewati portal ajaib. Kalau
diluar pagar ini panas, kering, dan berdebu, didalam sini sejuk, lembab dan
manis. Tamannya tertata rapi dan benar-benar pemandangan yang menyegarkan.
Hijau dan penuh warna, banyak disediakan kursi dan tempat lapang untuk
selonjoran, tempat yang piknik-able diantara hiruk pikuk rutinitas Kathmandu. Ternyata
bunda Asih, Kak Mar, Kak Yuki dan Zaki sudah nongkrong disini duluan. Si Zaki
malah sudah rebahan diatas rumput yang bak permadani empuk. Seolah tersihir
dengan tempat ini yang memang beda banget sama yang diluar, rasanya eman gak
keliling-keliling. Tempatnya nyaman sekali, bahkan ada tupai dengan bebas
lari-lari diantara tanaman-tanaman. Disini kita mencar-mencar asik sendiri
poto-poto bunga warna-warni, suasananya teduh dan bikin relax.
|
credit : bunda Asma Nadia |
Setelah asik masing-masing, kita ngumpul di Open Air Theater
sambil duduk-duduk santai, ngobrol dan rehat sekalian poto-poto. Sesantai di
Pantai, bunda Asih bagiin buku beliau beserta tanda tangannya. Karena trip ini
dari penulis, selain jalan-jalan, juga dapat ilmu nulis dan fotografi
sekaligus, bonus ilmu kehidupan itu sendiri. Dunia fiksi dan dunia nyata yang
berdampingan, panas terik dan keteduhan yang bergantian, pelajaran dan
pengajaran yang beriringan, dan apapun yang silih berganti menempati posisinya
masing-masing. Warna-warni bunga, ragam budaya, dan berbagai agama selaras
indah di Negeri ini. Terlepas dengan carut marut kabel listriknya, tidak
masalah warna kulitmu apa, berbahasa manapun, dan macam gaya pakaianmu,
kebaikan adalah kunci utama berkomunikasi. Negeri para Dewa ini benar-benar
menakjubkan... Masyaallah.
|
credit : bunda Asma Nadia |
|
credit : bunda Asma Nadia |
|
credit : bunda Asma Nadia |
|
credit : bunda Asma Nadia |
|
credit : bunda Asma Nadia |
Mataharipun mulai tenggelam, cahayanya rebah dibayangan para
pejalan kaki. Kami bersama-sama meninggalkan taman mimpi ini, dengan berbagi
kenangannya. Hiruk pikuk Kathmandu kembali menerjang, bunyi klakson mengganti
kesunyian, motor lalu-lalang seolah tak memberikan jalan untuk menyeberang
dengan tenang. Benar-benar sulap sekali dinding yang kokoh ini, memisahkan keriuhan
dengan ketenangan.
Karena sudah kebanyakan jalan kaki hari ini, bumil ngajak
naik taksi buat balik ke Hotel. Sisanya melanjutkan jalan kaki. Dalilah, baru
jalan sedikit satu belokan, taksi kami sudah berada di jalanan kawasan Thamel.
Yang pastinya deket saja dengan hotel kami. Benar-benar magic hari ini,
perasaan pagi tadi jalan kaki muter-muter berasa jauh sekali, kok pas pulangnya
cepat nyampe (walaupun gak pake taksi). Maghrib pun datang mengganti, mandi
dulu biar seger kembali. Dan tibalah dinner terakhir kita ditempat ini. Besok
malam sudah terbang meninggalkan Nepal dan kebersamaannya. Selesai dinner, aku
main dulu ke kamar Idat dan Kak Ari yang kebetulan lagi packing. Ternyata
belanjaan hari ini berhasil membuat tas Idat gak bisa nutup. Dan disebelah tas
Idat ada tas carrier kak Ari yang setinggi balita, mungkin beratnya sudah lebih
20 kilo. Keasikan ngobrol dimari sampai lupa misi awal kesini, mau minta tolong
kak Ari mijatin bumil yang dilanda pegal-pegal. Tempat ngobrol pun berpindah ke
kamar bumil, sambil memijat dan dipijat dan ngebahas ini itu, tak terasa malam
semakin larut.
Malam ini malam terakhir di Kathmandu, kota yang berhasil
membuat jatuh hati dengan segala keeksotisannya. Berat rasanya hati ini untuk
berpisah, seberat mata ini menahan kantuk yang tak terkira.
What a MAGIC7 day !
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar