"Aa, aku sudah tak berjilbab lagi" ungkapku perlahan melalui gagang telpon.
"Astaghfirullah !!!! Apa ! kEnapa ?" Teriaknya dengan keras menyahut pernyataan senduku.
"Males aja, lagipula kawananku juga begitu, biasa ajaa tuuuh"
"Mana jilbabmu ???....astaghfirullah" tanyanya lemaas.
"Di lemari...."
"Pake apa kamu sekarang ?"
"Heemmm... Baju biasa, rambut mengambang diudara. Anak gaul aa"
"Hah ??? Beneraan ???" Dia panik.
"Yaa, berjilbab lohh gak bikin kita kaya, gak bikin kita pintar"
"E.... E..... E..... Kamu....". Hening
"Aa percayaaa ???" Tanyaku.
"Nggak !!!"
"Wakakakakkakkakkkkk " tawaku
"Gak kan yah ?" Tanyanyaa gugup.
"Yaa iyaa donk aa... Aku loh gak semurahan itu. Bisa bongkar pasang jilbab. Jilbabkan bukan mainan."
"Alhamdulillah"
"Yaa, aa. Seandainya jilbab itu hanya mainan, yaa dari dulu aku akan memainkannya".
"Heeemmm...."
"Satu yang ingin aku ucapin buat kamu a. Terima kasih. Karena telah menyentuh pemikiranku, logikaku, bukan sekedar menyentuh hati dan perasaan. karenamu aku menyadari bahwa jilbab adalah kewajiban, bukan sekedar pakaian biasa. Seandainya saja hanya hatiku yang kamu sentuh, tentu saja sekarang aku telah menanggalkannya. Karena jika hanya hati, maka yang bermain adalah perasaan. Yang sering kali berubah-ubah. Pemahaman yang kamu tanamkan sepertinya menancap dan mengakar. Hingga hari ini masih aku pertahankan. Dan kamu tahu ? Betapa bersyukurnya aku memiliki kaka sepertimu. Yang selalu membimbingku. Yang selalu ada saatku baik ataupun burukku. Aku sangat sadar, tanpa sentuhan pola pikirmu, aku pastilah sudah merusak diri dan melupakan asalku. Sekali lagi terima kasih"
".........."
Dari semua pemikiranku, aku punya teori. Awal dari pribadi yang istiqomah adalah pemahaman yang benar dan logic. Sehingga akan mengakar dalam memori otak. Tanpa kita sadari secara tidak langsung, memori otak akan selalu mengulang pemahaman itu, dan lahirlah kesadaran penuh untuk selalu menjaga apa yang harus dijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar