Sejujurnya aku tidak pernah siap untuk berubah. Tapi aku dipaksa, dan sepertinya itulah cara terbaik untukku. Dan pada akhirnya aku bersyukur, bahwa aku bisa menikmati hidup ini lebih baik. Itulah hikmah dari segalanya, nikmatnya berjilbab.
Banyak komentar disekitarmu, itulah adanya. Terima keadaan itu, dan jangan tutup telinga kamu. Tapi saringlah, dan cernalah. Kamu akan mengerti seberapa tangguh menjadi seorang kamu sekarang.
Dan berbicara tentang kepantasan, itu sangatlah perlu perdebatan panjang. Tentang itu, aku merasa sangat tidak pantas, sangat. Tapi jika aku selalu merasa tidak pantas, kapan aku bisa dan mau mencobanya. Ya, sekali lagi, aku dipaksa. Aku terima dan ini berhasil. Sering kali beban yang kurasa, tapi seiring waktu ini menjadi indah adanya.
Siap dan pantas. Tidak siap dan tidak pantasnya bukanlah masalah. Banyak teman yang selalu bilang tidak siap, namun itu karena memang tidak pernah dipersiapkan. Juga karena merasa tidak pantas, maka tidak pantas selalu dibenaknya. Itulah keragu-raguan namanya.
Menunggu hati untuk siap dan pantas, memang butuh proses. Tapi jangan terlalu lama. Banyak teman disana, saat nyawa sudah dikerongkongon mereka baru sadar dan baru siap. Apakah itu sesuatu yang pantas untuk ditiru ?
Ayolah, jangan tertipu dengan mempersiapkan sesuatu yang tidak ada habisnya. Hingga akhirnya larut dalam kesia-sian. Paksalah untuk menerima sesuatu apa adanya. Mungkin jalan berduri dan kerja rodilah yang bisa mengubah cara pandang kita selama ini.
Agama kita tidak mengajarkan keragu-raguan. Agama kita jelas, yang mana puith dan yang mana hitam. Dan jelaslah semua, maka kesombongan apa yang ada dihati ini ?
Thank you for Abah dan AA yang telah memaksa saya untuk menjdai siapa saya sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar