Kamis, 28 Juli 2011

Dear my sister

Kepada saudari-saudari di Palestine
Kami saudarimu disini yang selalu kalian tunggu kehadiran kami, hanya terdiam manis. Yaa Allah saksikanlah setiap detik hidup kami disini, tiada pernah memikirkan tentang saudara kami yang jauh disana. Setiap hari kami dilalaikan akan dunia. Lebih mencintai hidup dan harta kami. Tak pernah ada katapun terucapkan untuk menghibur kalian disana. Bahkan saat ada sumbangan untuk kalian, hanya uang receh yang bisa kami berikan.
Saudari-saudariku yang kuat disana. Disini kami sangatlah lemah. Kalian disana tanpa rumah, tanpa makan bisa tegar meninggikan kalimat Allah. Kami disini, dengan rumah mewah dan hidup mapan bahkan seringkali melupakan Allah. Kami akui kami manusia yang lebih hina dari kalian disana. Kalian dihinakan tapi mulia dimata Allah. Yaa Allah, ampuni kami yang telah mencintai diri kami sendiri dan terlalu egois pada Engkau. Hingga satu rupiah pun begitu berat untuk kami serahkan. Padahal saudari-saudariku disana dengan keadaan terbatas dengan ikhlas menyerahkan diri mereka.
Pada malaikat yang selalu mendoakan kalian disana. Doakanlah kami agar hati kami terbuka dan menerima panggilan jihad ini. Membantu kalian menghadapi para kafir untuk meruntuhkan cahaya Allah. Selama waktu berlalu, selama ini dengan kiblat yang sama dan kitab yang sama kita sangat berbeda. Kalian disana memahami betul makna firman Allah, sedangkan kami disini kadangkala mempermainkan ayat-ayat Allah.
Ini bukan dongeng saudari-saudariku. Kita hidup dibumi yang sama dengan matahari yang sama. Kami disini sibuk memoles wajah agar para lelaki tertarik pada kami, sedangkan kalian bersibuk diri menyiapkan diri menjadi mujahid. Kami disini selalu menangis jika melihat hal romantis diserial korea maupan drama jepang. Padahal kalian menangis karena semangat yang menggebu menegakan agama Allah, mempertahankan tanah suci. Setiap hari kami mendengar musik yang berirama membuat hati merasa senang. Dan kalian setiap hari berteman dengan suara mesin, senapan, bom dan luka yang selalu berdarah. Mungkin kami disini kami tidak pernah mau tahu betapa sakitnya hati kalian, saat kami tidak juga kunjung bergerak memeluk tubuh kalian. Sampai kami akhirnya kami lihat diberita tubuh kalian telah hancur dan ternoda. Barulah hati ini sedikit simpati pada kalian.
Kami sangat yakin sekarang kalian disana sangat sengsara. Dan kalian pasti sangat yakin janji Allah adalah benar. Hari ini dihari yang sama kami sedang asik membicarakan tentang piala dunia, kalian disana sibuk mempersiapkan batu-batu kecil untuk melawan musuh Allah. Lihatlah dari tulisan ini, betapa saudari-saudarimu ini tidak peduli akan kalian. Kami dengan santai menyantap makanan sambil melihat kalian disiksa dan dinodai. Dan kalian tak pernah lelah untuk berharap bantuan Allah.
Dan banyak lagi tentang kami yang sama sekali tak pernah mau mengerti tentang kalian maupun tentang agama Allah yang mulia ini. Kami di sini memang mendirikan sholat dan bayar zakat. Tapi tahukah kalian ? Hati kami seolah-olah mati rasa akan persaudaraan yang telah Allah anugerahkan. Tidak sedikit dari kami yang dengan nyata mengingkari Allah, dan mengkhianati Allah. Dan tidak sedikit pula yang berani seperti kalian disana. Tapi disini, siapa yang berani melawan undang-undang negara akan dihinakan oleh saudara seiman pula. Negara kami tidak lebih baik dari negara yang lain. Yang hanya bisa tunduk pada hukum dunia dan bukan pada hukum Allah. Saat disini terlahir singa Allah, maka singa itu akan diteriaki teroris ! Bahkan saat ada yang memberikan semangat dengan janji-janji Allah, maka akan dipenjara karena mengatakan dusta. Hidup seperti inilah yang sedang kita jalani. Nasionalisme yang membutakan nurani iman. Imprealisme.
Sesungguhnya saudariku, kami disini sangat iri. Karena kalian begitu hebat dan mulia ! Berani tanpa pernah takut pada siapapun selain Allah. Disetiap nafas kalian, kami rasakan asma Allah selalu hadir. Disetiap langkah kalian ada semangat dan cinta untuk Allah. Sedangkan kami disini terlalu takut dengan banyak hal. Mulai dari takut miskin, takut lapar, bahkan takut jika nilai kuliah jelek-jelek. Pengecutnya kami disini, bersembunyi dibalik doa dan tak pernah mau bergerak nyata didepan dunia ini. Maafkan kami saudariku.
Saat kami lihat sorot mata kalian yang begitu berani, kami malu sekali dengan Allah. Bagaimana selama ini kami hanya menuntut Allah untuk memberikan kehidupan yang layak. Ketika kami dengar suara kalian yang lembut dan lantang berteriak TAKBIR, kami semakin malu pada Allah. Karena tiada pernah kami menyebut nama Allah sehebat itu. Dan saat menyaksikan kalian melempar batu, menyerang para yahudi itu, hati kami begitu kerdil. Sangatlah malu kami hidup di bumi Allah yang mulia ini. Kami ingin bahagia dan tentulah kalian juga ingin hidup bahagia. Tapi kami terlalu pelit untuk memberikan pinjaman yang tak seberapa dengan balasan Allah.
Dengan tulisan ini saudariku yang dimuliakan Allah, aku akan mencoba mengetuk hati mereka untuk membuka pintu jihad ini. Saling merasakan sakitnya dijajah dan dihinakan ! Merasakan pedihnya siksaan musuh Allah ! Dan menggelorakan semangat ini pada mereka, karena tiada tempat kembali selain kepada Allah. Juga rasa cinta yang besar ini kepada Allah, maka bersama-sama kita merapatkan barisan untuk menegakan kalimat Allah ini. Allahu Akbar !!!!!