Jumat, 10 Juni 2016

Day 3 [5 April 2015]

di salah satu sudut Bhaktapur Durbar Square
Selamat Subuh !

Kita cepet-cepet bangun, meski dingin, wudhu, sholat subuh, pake sepatu, double jacket, naik tangga. Bunda Asma udah ready dengan tripod dan kameranya. Motoin langit yang masih menyisakan bintang. Meski sudah subuh, langit masih gelap pekat. Aku ga sanggup. Dingin memaksa menutup lensa kamera dan duduk dipojokan teras nugguin sunrise. Nunggu penampakan Himalaya !

Anteng nunggu, suhunya gigit-gigit manja
Perlahan bumi bagian Nagarkot berotasi kearah timur. Langit mulai membiru. Teras mulai dipenuhi turis-turis lainnya. Samar-samar, pandangan terfokus pada pegunungan Annapurna dibagian barat sampai megahnya Everest dibagian timur. Meski jauh dan tak tergapai, pemandangan paling menawan ketika sunrise menghamburkan cahayanya dipucuk-pucuk Himalaya. Bagai di nirwana, menatap ke lembah yang diselimuti awan lembut seperti mengalir menuju takdirnya. Mendongak melihat langit keemasan dan awan-awan yang menggumpal. Melihat sejajar pun berhiaskan jejeran gunung tertinggi di dunia. Dan menikmati momen indah itu bersama keluarga Jilbab Traveler juga Bhikram. Berkah Tuhan yang tak bisa didustakan. Ya, sejenak ada haru. Pengorbanan buat nyampe sini ga sia-sia. Terbayar. Terganti. Meski ke depannya gimana, saat ini benar-benar khidmat berbicara dengan hati untuk berterima kasih untuk tetap memperjuangkan trip ini.

Jejeran Pucuk-pucuk dunia
Get Closer
Morning Talk
Bunda Asma Nadia
Memang tak akan pernah puas. Setelah melihat kemegahannya dari jauh, semakin ingin mendekatinya lebih dekat, sangat dekat. Dan lagi I've never touched the snow. I want it badly ! I’ll be there ! Semoga semesta mengaamiini. (Kemudian setelah nonton film Everest, liat pendakian yang mati-matian, rada ngeri, yaudah nyampe basecamp terdekat aja ga papa ya Allah).

Breakfast Gemes
Gak kerasa sudah setengah delapan pagi. Breakfast time ! yup, menunya bukan bubur bandung, melainkan osengan kentang, pancake tembem, roti bakar atos with butter n jam, macam bubur kacang ijo tapi bukan, minumnya jus papaya. Sarapan sehat. Sambil ngobrol di meja memanjang, ngunyah pancake nya ga abis-abis. Terus dikasih tambahan oseng kentang sama bunda Asma. Alhasil cukup enek sama namanya kentang. Hahahaa sampe keinget kembali rasa osengannya. I think di sini lah lahir foto paporit selama di Nepal. This one ! Just feel like a family…. Credit foto by Zaki.

Sarapan ke-2 
Sekitar jam 10an kita meninggalkan Nagarkot dan kenangannya. Bersiap meluncur turun yang mana kanan tebing kiri jurang. Berliku. Ya, semacam representasi dari kehidupan itu sendiri. Perjalanan kembali ke Kathmandu searasa singkat. Satu jam kemudian kita sudah nyampe di destinasi berikutnya.

Bhaktapur Durbar Square !

Salah satu dari tiga Kuadrat Durbar di Lembah Kathmandu di Nepal, yang semuanya termasuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Bhaktapur Durbar Square terletak di kota saat Bhaktapur  dikenal sebagai Bhadgoan, yang terletak 13 km sebelah timur dari Kathmandu. Sementara kompleks terdiri dari empat kotak yang berbeda (Durbar Square, Taumadhi Square, Dattatreya Square dan Pottery Square) (Wikipedia).
Pintu Masuk ke Bhaktapur Durbar Square
Wow….. Heritage place…. Yup karena Bhaktapur cukup luas dan jalan panjang membentang. Tiket masuknya lumayan banget, 1500 rupeesss….. Hampir $15. Banyak counter masuknya, kita sih masuknya lewat macam gang kecil ya muat satu mobil, jalanannya susunan batu bata merah. Mungkin, melihat dipeta, kita masuk lewat Kamalbinayak Counter. Ada penjual gorengan, macam donat goreng. Rasanya pun similar ama roti bantal di sini. Terus, ada anak high school gitu baru pulang sekolah, me ama idat antara pengen foto tapi malu-malu. Dan cekrek. (BTW, Karena hape ini merk ga ternama, dan nyesel juga ga HD foto-foto yaa so absurd hasilnya). Salah satu dari mereka menawarkan untuk mampir ke tokonya di dalam sana, in english aksen Nepali, Oh I miss it !

Credit foto : Zaki
Credit foto : Zaki
Cheeeeese....
Jalan kaki santai mengarah ke Duttatraya Square. And again, entah ga moto atau moto tapi pake kamera siapa, pas cek difolder, again ga ada. Aaah…. Emang penyakitku sih kalau lagi jalan, panas, jadi males pegang kamera. Sekarang nyesel. Atau mungkin pertanda buat balik lagi ? Hmm…. Banyak tempat yang kita lewatin tanpa tau namanya padahal ada dibrosur yang aku taroh dalam tas. Jadi baru disadari ternyata lagi-lagi tak terdokumentasikan. Yang ada hanya foto-foto random yang dibuang sayang.

Widat on Action, credit foto : Zaki
The others corner 
On The Way
Bang beli sayur Bang !
Belokan Manis
Jalanan mengecil dan mengarah ke kiri. Disini aku ingat difotoin bunda Asma terus gantian ama ka Siska. Sepanjang jalan ini kiri kanannya jualan souvenir, dari bendera mantra, postcard, pernak-pernik Nepal lainnya. Ya, tempat ini memorable banget dengan alunan suara Snatam Kaur, “Guru ram das”…. Menyihir dan cukup bikin merinding pertama kali mendengar, karena seling beberapa toko memutar lagu yang sama. Ka murni membeli satu cd album dari Snatam Kaur. Dan setelah itu ka Murni dan ka Siska menghilang. Kita sadarnya dipersimpangan pasar menuju Durbar Square.

Souvenir bertuliskan Mantra
Ketemu ! Toko anak High School tadi
Ka Murni (Kuning) Sebelum hilang....
Rombongan siaga 
The CD, credit foto : WA Ka Murni
Wajah panik Bhikram bolak-balik nyari mereka. Kita ngelanjutin jalan sampai Durbar Square. Duduk jejer dipelataran sambil nunggu Bhikram balik. Yang juga ternyata belum ketemu. Magically, ada telepon masuk ke handphone bunda Asma dari nomor lokal. Yaaa ! Alhamdulillah, itu telepon dari ka Murni dan ka Siska. Wajah Bhikram kembali berseri…… Dan disanalah kita foto bareng pake spanduk gede. Dan juga ternyata aku cuma punya foto di Fasidege Temple ini.

Assalamualaikum.......
Menuju parkiran van, credit foto : Zaki
Sebenarnya banyak yang ke skip di Bhaktapur Durbar Square dikarenakan yang tempatnya luas sangat dan ada dua destinasi lagi yang harus dikunjungi. Sedangkan waktu semakin cepat berlalu, sudah lewat jam 1 siang.  Kita pun melanjutkan langkah ke parkiran van menuju tempat Lunch. Yang seinget aku sih di semacam restoran Hotel. Tempatnya enak. Again, no photo. Disini kita sekalian numpang sholat, dikasih tempat di meeting roomnya Hotel. Yang kebetulan akanada rapat jam 2. Yaaaa….. kebetulan setelah sholat kita harus ngelewati dewan-dewan Hotel yang sedang rapat serius. Sekali lagi, keuntungan jalan berombongan, ditanggung bareng-bareng. Thank youuuuu…….mister.
(sebenernya mau nulis makan apa disini, tapi keburu lupa, setahun yang lalu soalnya)

Naik van lagi ! Turun lagi ! Ya, karena ada money changer di depan Hotelnya. SO Funny kekekekek… Urusan tuker uang selesai, naik van ! Seeeeeeeeeeeert ! Berhenti, dan turun lagi ! Ya, karena sudah sampai di Pashupatinath. Kuil Pashupatinath (Bahasa Nepali: पशुपतिनाथको मन्दिर) adalah salah satu kuil Hindu Siwa yang paling signifikan di dunia, terletak di tepi Sungai Bagmati di bagian timur Kathmandu, ibukota di Nepal. Kuil ini tercantum dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Juga sebagai salah satu dari 275 Paadal Petra Sthalam. Hanya umat Hindu yang diperbolehkan untuk memasuki kuil. Pengunjung non-Hindu diperbolehkan untuk melihat kuil dari tepi lain di sungai Bagmati. Kuil ini dianggap sebagai yang paling kudus di antara kuil-kuil Tuhan Siwa (Pashupati). Ada juga situs kremasi Bhasmeshvar Ghat untuk orang-orang yang telah wafat (Wikipedia). Kebetulan pas kita lewat sedang ada proses kremasi. Keluarga yang berduka menggunakan pakaian serba putih dan ada semacam penjara dengan terali besi untuk tempat berduka.
Sepanjang Sungai Bagmati
Penjelasan, credit foto : Zaki
Sisi Kanan
Di pinggiran Sungai Bagmati, nampak deretan kuil Siwa yang sejajar garis lurus. Didalam setiap kuil yang terbuka dengan jendela melengkung terdapat lingga-yoni yang merupakan lambang Dewa Siwa. Banyak Shadu (Holy Man) duduk-duduk disekitarnya. Tapi jangan sembarangan ambil foto mereka, mesti ada imbalan dulu, minimal 100 rupees. Kita lanjut naik tangga keatas dan cekkkkrek. Bhikram ngetawain, dia bilang disana biasanya yang nangkring monyet-monyet, ngapain foto disitu sihhh… HAhahaa…. Pantes diliatin orang-orang. Untung fotonya rombongan…Hufttt….. Waktu semakin bergulir cepat, Bhikram mengingatkan masih ada satu destinasi lagi setelah ini. Yup, lanjut.

Pose Namaste, credit foto : Zaki
Bunda Asma dan Leretan Kuil Siwa, credit foto : Zaki
Lingga-yoni
Diseberang kuil-kuil Siwa, berdiri gagah Pashupati Temple. Kita serombongan menyeberangi Sungai Bagmati menuju kuil utama. Ya, lagi-lagi karena malas membidikan lensa kamera, terlalu banyak foto-foto random. Jujur, susah untuk mengingat kembali perjalanan 13 bulan yang lalu ini. Yang paling aku ingat cuma rasa senangnya saja. Di depan gerbang kuil utama, I’m so excited mendengar genderang gendang, entah nyanyian atau pujian. Kemudian, kita jalan lurus dan berbelok kearah kanan. Ada peringatan untuk melepas alas kaki. Karena non-Hindu, kita hanya diperbolehkan sampai depan pintu masuk kuil nya saja. Banyak sapi berlenggok molek disekitaran sini, dan aura sapinya nampak berbeda. So adorable. Berkejaran dengan waktu, tak lama mengkontemplasi hewan suci ini berlalu lalang, saatnya buka spanduk, berjejer, senyum, jepret.  

Pashupati Temple dari seberang
Diantara Sungai Bagmati
Melintasi Jembatan
Pintu Masuk
Keep moving, go to straight
Not ready, credit foto : WA grup JT Nepal
EXIT
Betul saja, sudah jam 16.00 lewat. Bhikram sudah mulai gelisah karena molor dari jadwalnya. Meski rada bete, dia tetap tabah memberi aba-aba menuju tempat parkir untuk segera cuuus ke Boudhanath ! Kunjungan terakhir hari ini…

Cukup amaze, dengan jalanan kota ini. Tak seberapa lama, van kami memasuki area parking. Sebenernya waktu itu, aku benar-benar ga prepare tentang “apa saja yang ada di Nepal” karena fokus nyari duit (nyezzz). Karena ikut tour jadinya semua sudah terjadwal dan terakomodir dengan baik, I’m so heboh sendiri ketika van berhenti disuatu tempat. Semacam mendapat kejutan-kejutan, diajak ke tempat-tempat yang sama sekali belum kuketahui (mencari tahu). Dari parkiran, kita masuk ke sebuah bangunan, naik tangga dua lantai, lorong-lorong gelap berlantai kayu, dan keluar disambut lilitan kabel listrik yang hampir nyangkut dikepala. Yup, aku masih bertanya-tanya. Kemanaaa lagi siiiih ?

This is Art of Kabel Listrik
Welcome Gate
Selanjutnya, dengan hiruk pikuk jalanan, kita nyeberang ngikutin Bhikram dan berhenti didepan pintu masuk (yang aku sendiri ga sadar ada pintu masuk). Bhikram menjelaskan harga tiket 200 rupees untuk naik ke Boudhanath, dan yang milih skip boleh nunggu disekitarannya yang banyak café-café mungil. Setelah tiket sudah ditangan, ga semua naik, Ka Tati dan ka Yuki milih nyari café terdekat. Kita semua jalan agak berdesakan, karena lumayan banyak orang yang lalu lalang. Sambil liat kiri kanan, antara bengong dan happy karena toko-tokonya menjual souvenir dan baju-baju khas Tibet. Dan selangkah kedepan aku baru sadar ada dua mata memerhati dari kejauhan. Ada semacam perasaan takjub, semacam WOW momen, yaaa ini kejutan ! That is The Great Boudha Stupa !

The Great Boudha Stupa
Karena udah jalan seharian dan mengunjungi banyak tempat, baterai kamera sudah menyerah dan baterai hape sudah megap-megap, ternyata membuat penyesalan yang sangat dalam. Ga ada foto yang tersimpan dikamera, yang ada di hape pun lagi-lagi random pictures thok isine. Sebel sampe sekarang kenapa ga banyak foto disini (saat gempa 25 April 2015, tempat ini juga kena dampkanya, Swayambhu Stupa roboh menyisakan dua matanya saja). Yup, tempat inilah menjadi tempat paporiiiiit selama di Kathamndu. Rasanya adem dan bedaaa aja suasananya. Bunda menjelaskan, ritual para Buddhist mengelilingi stupa ini searah jarum jam. Kalau muslim di Mekkah, mengelilingi Ka’bah melawan arah jarum jam. Macam serupa, menarik ! Yaaaaaa, setiap agama punya ritualnya masing-masing. Boudha Stupa ini termasuk yang terbesar dan paling signifikan di Dunia. Terdiri dari 9 bagian yang memiliki artinya masing-masing (coba google sendiri, you will adore it too). Dan entah mengapa, semakin kagum pada agama lain, kecintaanku kepada agama sendiri semakin bertambah. That’s why, aku jatuh cinta pada tempat ini. Aku akan kembali kesiniiiii lagi…….

Khas Tibet
Lonceng
Naik, naik, naik
Ngefoto aya teteh na 
Berdoa
Behind The Scene
Duduk santai
Asap Dupa
Saking belum puas-nya di tempat ini, Bhikram semakin gelisah. Yaaa, kami sudah melebihi waktu yang disepakti bersama. Belum lagi belanjanya. Dan benar, sopir van kami ngambek. AAaaaaargh…. Perpisahan dengan Boudhanath yang terburu-buru…. Senjapun semakin terasa mengusir untuk pergi dari sini…. Hiks, bye….. Kami kembali melewati lorong gelap tadi dan turun dua lantai kebawah menuju parkiran. Huuuu kangen beratttttt (now) !

Kegelisahan Bhikram
Bye-bye si pipi merah
Walking along
Sopir yang ngambek, tetep nganter kami sampe depan Hotel Dream Nepal. Dengan menggeret-geret koper karena kelelahan seharian jalan, kita ngumpul di lobby nunggu kuci kamar. Tapiii, karena ada miskomunikasi, kami semua dipindahkan ke hotel didepannya. Fuji Hotel. Serombongan duduk-duduk lagi dilobby hotel yang berbeda, anteng. Bukan karena cape, tapi nemu wifi makanya senyap. Ketika deal nginep disini, balik lagi kebelakang ambil koper-koper yang tergolek kesepian. Yaaa, kejutan lagi….. kamar hotelnya baguuuuuus. Fasilitas OKE. Inilah namanya REJEKI. Udah senennng…. Pas ke kamar mandi, yaaah wc modern tanpa air. Siapin Tisuuuu ! Eiiits sebelumnya kita udah janjian siapa yang mau dinner ketemuan di restonya hotel, dan outdour gitu pake lilin remang-remang. Ternyata yang dinner, angkatan mudanya doing dan bunda asma. Kita milih menu dan order ini itu, yang kemudian banyak banget porsinya. Tentu saja, aneh dilidah melayu ini. Dalam sekejap, kentang sambalado bunda Asma menjadi primadona dan abis dibagi 7 orang. Hahahaaa…. Such a nice dinner…. Kita ngobrol banyak banget sampai lupa…. (disini juga bunda asma nyuruh kita milih foto-foto dari kamera beliau buat diemail masing2, aku skip, dan sekarang nyesel). Saking asiknya makan dan chit-chat, pelayannya sampai ngantuk mengisyaratkan resto nya sudah tutup. Aaaaa…. Kita tau diri dong, langsung bayar, dan go ke kamar masing-masing. Eh, karena ini juga pesenan mangkok kosong (buat nyeduh mie) ka Tati kelupaan…. Sorry bumilll….. pelayannya udah ilang soalnya.

The only one pic of Fuji Hotel
Next…… Tiduuur…. Tentunya….. sayang sekali Hotel enak begini tapi cuma benar-benar buat numpang makan, mandi, tidur, ga lebih 12 jam.

Lelah yang menyenangkan hari ini. Dari matahari terbit sampai tenggelam ditempat benar-benar menakjubkan dan menjadi kenangan yang istimewa. Seperti mengaamiini quote “Travel is only thing you buy, that makes you richer”.  I am so blessed today. What a day !

Hmmm…. Sebelum berakhir, ada haru sebenarnya kalau mengingat semua ini… Apakah orang-orang yang berjumpa, bercakap, bertukar senyum disana masih ada ? Selamatkah mereka dari gempa besar itu ? Semoga mereka, kita dan semua selalu diberi keselamatan…. Karena kata Sujiwo Tedjo, “susah kalau sudah hutang rasa”….. Dhanyabad Nepal :*