Selasa, 11 Desember 2012

Imagine all the people stop talking each other

Hidup sendiri dan menghidupi diri sendiri adalah cara terbaik untuk melepaskan tanggung jawab akan sesama manusia, eh maksud ame, lari dari tanggung jawab.

Berhenti saja lah mengurusi orang lain toh hanya akan membebani diri sendiri....

Yaa, biarkanlah orang lain dengan hidupnya...

Toh mereka lebih senang hidup tanpa perhatian dari kita....

No, kenyataannya bukan semudah itu. Tuhan tidak sembarangan menjadikan manusia sebagai makhluk sosial. Dia punya maksud yang luar biasa didalamnya. Sehingga Dia berikan kita "hablumminannas" (hubungan sesama manusia), yang menjadi salah satu amalam-amalan ibadah.

Dan inilah yang sering ame abaikan selama ini. Karena ame berpikir orang-orang disekitar ame tidak perlu perhatian, saran, ataupun kehadiran ame dalam hidup mereka.

Akhirnya ame kena batunya sendiri. Ketika ame berhenti untuk care, sharing, bahkan talking dengan orang-orang terdekat ame, banyak point-point yang terlewatkan sehingga berakibat fatal.

Ame menjadi sangat kejam. Saat baru tau kalau selama ini diantara mereka ada yang kesusahan hidupnya bahkan tidak bisa makan.Walaupun ame juga dalam kesusahan seharusnya bukan satu alasan untuk berhenti peduli, karena kemalangan mereka lebih bertambah-tambah daripada ame. Padahal kewajiban ame adalah menanyakan kabar mereka satu persatu. Dan setidaknya membagi nasi dalam piring yang ame punya.

Seram. Itulah yang ame lihat dalam kehidupan diluar kehidupan ame sendiri. Sehingga selama ini ame lebih nyaman menutup mata, dan pretending tidak melihat apa-apa selain jalur kehidupan ame sendiri. Dan karena itu, saat ame membuka mata kembali, mencoba melihat kenyataan yang nyata, semuanya menjadi lebih menyeramkan.

Menakutkan sekali, hidup dengan membuka mata, dan melihat kehidupan mereka, orang-orang terdekat ame dalam keadaan yang lebih buruk dari ame. Dan ame tidak bisa berhenti memaki diri sendiri, karena membiarkan mereka hidup dengan menyeret kaki mereka sendiri. 

Bendera duka berkibar didepan mata ame. Mata ini terbuka lebar, sehingga yang tersembunyipun nampak tersembul. Ame bertanya pada diri sendiri, kemana saja ame selama ini ?

Ame terlalu asik menghidupi diri sendiri dan membuat nyaman kehidupan ame.Tapi bukan karena ame ingin bahagia sendiri. Awalnya ame hanya lelah untuk peduli pada mereka, dan akhirnya ame benar-benar melupakan kehidupan mereka. Dan jahatnya, ame pikir adalah fair untuk mereka.

Yaa, setelah lama menutup mata seperti ini, saat ame coba untuk melihat lebih dekat, dan ame coba basa-basi untuk bertanya kabar, hasilnya sangat menyilaukan. Shocked, dan ame sangat jahat membiarkan mereka hidup tanpa kabar.

Ternyata sekarang Tuhan tunjukan betapa pentingnya untuk peduli, paling tidak bertanya kabar. Karena akan banyak jawaban dari bertanya tentang "apa kabar ?"

Coba bayangkan kalau seluruh manusia dibumi ini berhenti saling menyapa ?

Orang tua dan anak berhenti saling peduli ?

Semua orang hidup dengan hidupnya sendiri, maka dunia tak akan lagi indah.

Walaupun suatu saat nanti ame akan lelah untuk peduli, ame akan selalu menanyakan kabar pada mereka sampai mereka juga lelah untuk menjawab pertanyaan ame.

imagine seperti ini mengerikan. Ok, im quit to imagine all the people stop talking each other. Its better live your life with the other......




Sabtu, 08 Desember 2012

Batu Bara


BATU BARA

Mereka melubangi bumi dan tertawa seperti orang bodoh
Mereka kaya dan ku harap mereka cepat mati
Kalau alasannya untuk uang,
Betapa terhinanya Tuhan karena buminya dibolongi dan terbengkalai
Dan kalau alasannya untuk makan,
Maka dungu sekali mengorek bumi dan menjualnya
Dengan uang, anaknya mungkin tumbuh sehat dan pintar
Tapi mau kemana anaknya kalau bumi dimasa depan sudah kering ?
Apakah mereka pikir Tuhan akan memberikan bumi yang baru ?

Sekarang hatiku keras seperti batu dan terbakar seperti bara
Gunung-gunung tinggi sudah rata dan menguning.
Daratan luas datar berubah menjadi lubang besar.
Perut bumi menganga tak berdaya.
Traktor lalu lalang dengan pengemudi ompong tanpa otak
Ada uang, pulang ke rumah dan ku harap sekali lagi mereka cepat “mati” !

Dengan seribu alasan para budak batu bara akan membela,
Dan terus membenarkan diri, berlenggang dengan blackberry ditangan,
Tai ! Apa yang mereka bela ???
Keluarganya ? Hidupnya ? Perutnya ?
Ya, itulah keegoisan dan ketololan yang teramat bajingan
Demi perutnya sendiri dan langganan paket internet
Mereka lubangi bumi, mereka renggut hasil bumi dengan bejat
Mungkin pekerjaan mereka ini lebih hina dari zina,

Mereka berpakaian bagus untuk sembahyang dari hasil bumi yang dikeruk
Mereka membangun masjid yang mewah dari hasil bumi yang mereka perkosa
Mereka mengundang Habib untuk berdzikir dan bersholawat dengan uang dari kebiadaban
Mereka menengadahkan tangan untuk berdoa dengan tangan kotor yang hina
Apa mereka kira mereka bisa menyogok Tuhan dengan semua itu ?
Tuhan tidak semurahan itu !
Lihat saja kalau murkanya sudah tiba, apa uang yang segunung itu bisa membeli keselamatan ?

Begitu juga masyarakatnya yang mengacuhkan bumi yang dipijaknya
Apa mereka pikir masih ada bumi yang lain untuk mereka tinggali ???
Bumi ini bukan perek,
Bisa disetubuhi, dibayar dan ditinggal pergi !
Tuhan cuma kasih kita satu bumi, satu ini saja
Untuk kita hidup dengan segala tanggung jawab didalamnya,
Bukan menikmati seenaknya dan mati dengan tenang.

Mana para insinyur ? para Doktor ? dan para Dukun ?
Jangan pura-pura tuli dan pura-pura bisu
Jangan buang muka melihat kenistaan bumi,
Jangan diam melihat keburatalan didepan mata,
Bersuaralah ! dan sadarkan para bajingan itu semua !
Buka mata mereka ! Tarik telinga mereka !
Siksa mereka dengan kenyataan bahwa bumi sedang sakit keras !
Buat mereka bersama-sama minta maaf sama bumi !
Sebelum bumi merajuk, sebelum bumi mengamuk.
Karena kalau bumi marah, uang tidak bisa menenangkannya.
Jangan salahkan bumi kalau sebentar lagi dia meronta kesakitan
Dan meluluh lantahkan peradaban manusia yang hina ini.
Ingat tanggung jawab dunia akhirat yang diberi Tuhan.
Tuhan tidak menyuruh kita hanya sembahyang dan bersujud kepadaNya
Karena dia bukan Tuhan yang narsis dan haus dengan pujaan.
Tuhan memberikan bumi yang indah dan sangat kaya dengan kekayaan alamnya
Bukan hanya untuk kita makan dan bahagia.
Tetapi lebih dari itu, Tuhan ingin kita belajar untuk bersyukur kepadaNya.
Dan kita tidak ada bedanya dengan para pemerkosa bumi itu kalau hanya diam.
Rawatlah dan sayangilah bumi seperti ibu atau anak kita sendiri.
Kita jaga bersama dan kita akan hidup lebih bahagia.
Bertanggung jawablah atas nikmat yang telah Tuhan berikan.