Rabu, 19 Maret 2014

Marah

Sudah sampai,
Tepat diatas ubun2.
Melepas marah pada lelah.

Pergi sejauh mungkin,
Biar hati kembali muda.

Selasa, 18 Maret 2014

Ketika Mulutmu Dibekap

Takut ?
Takutlah bagi penakut !

Ancaman memang mempertaruhkan segalanya,
Bahkan nyawa, sesuatu yang tak akan kembali.

Jika seandainya Munir tutup mulut,
Mungkin sampai hari ini dia masih hidup tenang.
Tapi dia tidak memilih hidup tenang kawan,
Dia bersuara lantang, bahkan seribu kali lebih keras !

Tapi bedanya, aku ini belum sekelas Munir.
Aku masih belajar menjadi seberani dia.
Mulutku dengan fungsi yang sama,
Akan aku fungsikan ia sebenar mungkin.

Mulut ini akan berbicara karena hati.
Hati yang bersih dan jauh dari kemunafikan.

Aku percaya dengan kekuatan hati.
Semakin dia ingin menjadi kuat,
Maka semakin banyak anjing yang menyelaknya.
Bukan menjadi tuli, tapi membuka telinga lebih lebar.

Kawan, selakan anjing itu hanya pemicu,
Hatimu akan memilih,
Menyelak balik atau berlalu dengan harga diri,
Hatimu akan memilihnya.

Hati itu bukan benda mati, dia hidup.
Apapun kata hatimu, dengarkanlah.
Karena hanya hatimu yang setia,
Menjagamu dan mendengarkanmu.

Aku bukan penakut, aku kuatkan hatiku.
Aku bukan pengecut, aku banggakan hatiku.

Ketika mulutku dibekap,
Hatiku tetap bebas bersuara.
Aku simpan sampai mereka lelah membekapku.
Dan suaraku akan mendunia !

Aku hanya menunggu waktu yang tepat,
Untuk menyuarakan apa yang terpendam.
Aku harap tidak terlambat.
Dan tidak ada yang terluka.