Kamis, 31 Januari 2013

Respect : Kunci Perubahan

Bon, perubahan itu bukan kata mustahil untuk apapun. Apalagi buat Indonesia Raya.

Kenyataan paling nyata, Indonesia Raya kehilangan nilai-nilai saling menghargai dalam segala aspek. Menghargai generasi tua, menghargai sejarah, menghargai usaha orang lain, atau menghargai kebaikan orang lain.

Negara ini tidak akan sembuh, ketika rakyatnya berhenti saling menghargai. Dan parahnya, bahkan saling tuduh, saling maki, saling mempersalahkan, dan saling merasa paling benar.

Negara ini akan terus sakit sekarat, selama rakyatnya masih meremehkan satu sama lainnya, memandang rendah sesama, dan sekali lagi, merasa paling benar.

Penyakit kronis yang dibiarkan akan mengarak dihati dan terpatri diotaknya, bahwa kebenaran ada dalam dirinya dan orang lain salah. Sehingga disetiap sudut jalanan, setiap sekolah, kantor, perusahaan, dan ruang rapat akan ditemui betapa penyakit merasa paling benar ini akan mengeruk nilai penghargaan pada orang lain.

Menghargai orang lain itu memang tidak mudah, tapi tidak susah. Singkirkan ego bahwa diri selalu benar, buang jauh-jauh rasa dipihak yang benar, turunkan pandangan, dan lihatlah, semuanya sama. 

Respect, kunci untuk semua perubahan.

Mulai dari menghargai waktu, menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai segala produk masyarakat yang patu untuk dihargai, akan memulai dan memacu perubahan itu lebih nyata.

Saya, sebagai seorang rakyat, dengan hati yang terluka dan tidak dihargai, berjanji akan berusaha menghargai orang-orang disekitar saya, no blame, saya akan memperlakukan orang lain sebagaimana saya ingin diperlakukan orang lain. Saya yakin, suatu hari nanti, orang-orang yang tidak menghargai saya, akan mendapatkan apa yang telah disemai. Dan saya akan tetap menghargainya karena telah membuat saya merasa patut dihargai dan membuat saya ingin membuktikan bahwa saya patut dihargai.

*Taruh perubahan 5 cm tepat didepan mata kamu, agar kamu selalu ingat dan melihat pada perubahan.

Melancong Tanpa Permisi 2 (chinese garden)


Akhirnya Bus ini berhenti di Woodland, akhirnya Ame bisa bernafas lagi. 

Karena memang tidak tau mau kemana, karena taunya cuma patung merlion, sesampai di Woodland, Ame menganga senganga-nganganya, banyak manusia lalu lalang, yang jual tiket mesin semua. Bawa tas yang berat sekaleee, jaketan, bawa peta, gembel sekaleeee Bon.... Ada orang Indonesia, oh GOD thank you, tapi jawabannya sama, "kamu beli tiketnya disana" sambil nunjuk mesin. MasyaAllah, itu yang Ame ga ngerti pencet apa. Mesinnya touch screen Bon, liatin orang pencet-pencet tetep aja ngerti. Kebetulan ada petugas, orang melayu juga, tapi dia bilang, Ame harus punya uang receh buat masukin kemesinnya. Ame disuruh tuker uang. Aduuuh, yang ada warung-warung elit, Ame juga ga napsu makan, keliling-keliling nyari receh pusingnya bikin kebelet. Pipis di toilet orang sini ternyata ga ada air, pakai tisu pula, tambah pening. Untung perut bersahabat sekali pagi itu.

Ah, nyali Ame kembali meciut, ga tau harus ngapain lagi. Ame coba putar-putar nyari pos informasi, YAHOO! Ame dikasih peta baru, terus Ame harus manfaatin waktu dan informasi yang banyak, berhubung Ame pulang harus ke The Plaza tempat Bus Transnasional mangkal, Ame tanya dimana beach road berada, petugasnya bingung sambil liat peta, wadduuuhhh.... Kemudian petugasnya melingkari Station Lavender. Katanya beach road ada disana, golden triangle, coba aja ke sana. Huuuuftttt, ya udah kataku, masih pagi juga, urusan pulang belakangan. Sekarang caranya keluar dari woodland bagaimana ?

Sambil lihat peta yang berwarna-warni lucu, ada tulisan station Chinese Garden, trus juga ada Japanese Garden, wahhh mumpung pagi, kesana aja wes, merlionnya nanti dulu. Kembali ke mesin tiket, ibu petugasnya ada, lagi bantuin orang korea yang satu kereta tadi pagi. Ternyata ! gak perlu uang receh ! mesinnya punya kembalian ! Terus ibu petugasnya bantuin Ame beli tiket ke Chinese Garden, tanpa receh ! Astaga, kenapa nyuruh cari receh tadi ? Tiket langsung keluar + kembaliannya berupa koin. Terima kasih banyak-banyak ibu petugas.

Dan untuk pertama kali (lagi) naik Monorail Bon, melayang diatas jalan, gila kayak naik mainan dipasar malam. Ame senyam senyum sendiri, menikmati indahnya alam orang yang sudah berubah jadi beton semua tapi dihiasi hijau-hijau pohon, manis lah daripada baliho semua.

Sampai lah station chinese garden, aseeeekkkk, cerahnya matahari pagi, hangat, dan ame masih jaketan + ranselan, celingak-celinguk poto-poto.... Disambut jembatan merah ala china, ada polisi india yang ramah menyapa, ame sapa balik, terus masuk disambut lagi pagoda (mungkin), ahhh, ini ame masih belum percaya ame sendirian di negeri orang. Sambil tersenyum lagi, ame semakin kenal diri ame.




Yaa, perjalanan bukan hanya berjalan-jalan dan berkunjung tapi juga sebagai dialog dengan alam, dengan diri sendiri. Kembali berpikir, mengenali diri sendiri dan bersatu dengan alam. Kadang diri dipaksa untuk mengejar mimpi tanpa mengenali lebih dalam hakikat diri. Sehingga yang didapat hanya kekecewaan saat mimpi kandas ditengah jalan dan memaki diri sendiri. Padahal diri sendiri mempunyai hak-nya untuk dikenali dan diperlakukan dengan baik. Melewati replika taman jepang membawa memori buruk, hahahaaa... Kemuakan yang sudah meningkat, bahkan hampir jijik, tapi seandainya ame di Jepang beneran, Ame pasti akan besar kepala, dan bilang pada dunia, I was here, Japan dengan sombongnya.... Itulah yang Ame pikirkan saat melintas di taman Jejepangan ini. Sepertinya diri Ame pun menolak untuk berbangga menginjak tanah sakura karena hanya untuk pembuktian semata. Ok, deal-nya, Ame akan kesana kalau memang ada perlunya. Bukan list paling atas juga buat dikunjungi. Luruskan niat ajaa-lah, kalau udah lurus, cuzz....


 Next, karena ini taman luas sekale, badan pegel, kaki gempor, masih pagi, udah gerah dan belum mandi, selonjoran dulu diaspal, mumpung sepi pengunjung pagi ini. Oh, suasana ini mirip didepan SMA Ame dulu, pohon-pohon pinus berjejeran, langit biru, bau rumput, owh masa SMA kembali menyeruak dalam kenangan. Ah, jadi kepikiran balik cepet....



     AME udah capppppppeeeee banget.... Istirahat, jalan lagi, istirahat, jalan lagi, uang Ame habis beli air minum, sebotolnya diatas $1 semua, gila aja 8000 rupiah. Tapi daripada mati, terus ga ada yang kenal, balik tanah air ame disumpahin sama orang-orang, setiap $1 yang melayang bagaikan credit buat sisa-sisa nyawa hari ini. Dari sini ame belajar bersyukur tinggal di Indonesia, walaupun bagaimanapun, harga air lebih bersahabat. Dari ini aku belajar menghargai tubuh, harus dijaga dan disyukuri nikmat sehatnya.


Karena ini pelancongan solo perdana, mau poto juga susah, padahal bawa tripod, tapi ribet, jadi tempat terbaik taroh kamera dibatu taman. Kamera siap, lanskapnya juga ciamik, eh si Ame malah bediri tepat ditengah rumah china-nya.... males juga ngulang poto. Cabut next destination... To be continued........

Selasa, 29 Januari 2013

Melancong Tanpa Permisi 1


Pernah punya harapan selain nilai IP bagus ? Ame punya satu harapan selain itu Bon, Ame pengen jalan-jalan ke luar negeri. Mau lihat langit di Negara lain, menginjak tanahnya, mencium udaranya, mandi airnya dan makan makanannya.

Saking pengennya dan kebetulan tiket sudah ditangan, tanpa basa-basi baso bakar, Ame langsung capcuz tanpa permisi. Awalnya sempat bimbang bambang gulindang, antara berangkat atau batal berangkat, hati yang semula yakin tiba-tiba mengerucut takut dan meragu. Gila ! shikata ga nai, apa boleh buat, now or never melintas dikepala......

Dan dengan sengaja melancong seorang diri menyicipi negeri orang, mengatur jadwal sendiri, dan tentu saja resiko ditanggung sendiri. Umi Abi Kakak dan seluruh keluarga hanya tahu Ame pergi rombongan, tanpa curiga dan tanpa hambatan merestui pelancongan Ame. FIX tanggal 17 Januari Ame terbang ke Negeri Upin Ipin. Lanjut malamnya sesuai rencana naik kereta api malam pindah ke Negara kecil mungil Singapura. Dan lanjut Malaysia lagi diteruskan sampai Penang kemudian balik lagi ke Malaysia. Dimulailah hari-hari restless, shock, dan WOW!

Mendaratlah pesawat Airasia di LCCT Kuala Lumpur, kayak terminal bis, banyak pesawat parkir. Memang sesuai fungsinya, LCCT ( Low Cost Carrier Terminal) yaa gitu-gitu aja sih. Sesuai panduan mbak Claudia Kaunang, cara paling mudah ke Kuala Lumpur Sentral naik skybus airasia, cuma RM 9. Dan benar saja, sangat mudah menemui loket yang menjual tiketnya. Masih dalam keadaan beradaptasi, duduk manis dalam bis disamping orang India yang juga pertama kali ke Malaysia, dia tanya pakai bahasa inggris ini turun dimana bis nya, Ame jawab "Me too first here" jawaban yang sangat berbobot. Dan si India pun tersenyum dengan gerak tangan yang khas, "its ok".

Diselembar kertas quarto, jadwal perjalanan dimulai dari Singapura naik kereta malam bolak-balik. Seharian di Singapura, malamnya balik ke Malaysia. Tapi apa daya rejekinya balik ke Malaysia tiket kereta habis. Wah, rencana awal harus tetap berjalan, bagaimana caranya bisa balik ke Malaysia lagi  besok malamnya ? Dalam kebingungan yang sangat dag dug dug, ada poster gede yang bertulis Bandar Tasik Selatan. Untungnya sebelum berangkat, Ame pernah baca Blog orang yang udah pernah melancong ke sini dan juga pergi ke Singa, mereka naik Bus melalu terminal bus Bandar Tasik Selatan. YAHOO! Ame coba-coba cari tiket kesana, dari Kuala Lumpur Sentral, yang paling praktis naik Komuter. Alamak, belum pernah naik komuter + ga tau cara beli tiketnya, pake bismillah harga tiket RM 1 masuk ke komuter. This is first to me, pas kena jam pulang kantor, banyak orang, berjejalan, dan WOW sekali Bon, untung udah kebiasa berjejal dalam angkot, tapi sambil berdiri aja bedanya. Hahahaaaa jauhlaahhh bon...

Tibalah di Terminal Bandar Tasik Selatan, Luar Biasa, seperti yang dibilang diBolg, kayak Mall,terminal ber-AC, eskalator, bagusan ini daripada bandara LCCT. Gila, keren dah !

Sambil celingak celinguk cari tiket paling murah buat balik, akhirnya dapat juga bus antarbandar (antar kota), Bas Transnasional, singapura-malayasia, harga tiketnya RM 57,5, berangkat jam 10 malam sampe jam 3 subuh. Tiketnya kaya bon indomaret, cuma ada tulisan The Plaza @beach road. Tanpa pikir panjang Ame beli, soalnya sudah jam 8 malam, kereta ame berangkat jam 11 malam. Ok, kembali ke KL Sentral dengan Komuter lagi, tapi kali ini dapat tempat duduk. Wohhhh cuapeknya minta ampun, bawa tas berat banget lagi Bon.

Sampai KL Sentral langsung mandi di bilik mandi, bayar RM 5. Ada air hangatnya, bikin seger lagi. Karena waktu masih jam 9, Ame duduk diruang tunggu yang ga banyak orang, eh dapat rejeki. Ame kenalan sama cewek Korea, dia juga melancong sendirian, dia bahkan lebih Joss, dari Sabah dan akan sampai Laos. Malam itu dia nunggu kereta arah Utara, tujuan Bangkok. Bercakap sama dia walaupun dengan bahasa inggris alakadarnya, kayak ketemu teman lama, asik aja ngobrolnya. Saranghae chingu... hahahaa.... Dan dimana ada perjumpaan disana ada perpisahan. See you Da Eun,... I will visit you... hahahaha...

Jam sekarang setengah sebelas, penumpang kereta tujuan Singapura sudah berkumpul heboh. Untuk pertama kalinya pula naik kereta, malam hari, tidur didalamnya. Untungnya tiket yang ada bed nya masih tersedia. Seperti gambar diatas itu dalam keretanya, tempat beristirahat untuk malam ini.


Pagi menyambut tanpa matahari karena perbedaan waktu yang aneh, jam tangan sudah menunjukan jam 7 pagi tapi masih gelap. Antrian imigrasi panjang sekali, karena ini yang pertama, dengan mulut menganga mengisi lembar masuk diteruskan antri dan paspor distempel oleh petugas, naik eskalator, kebingungan kita mulai dari sini. Hanya ada halte bus dan antrian anak sekolah, sedangkan penumpang kereta yang banyak tadi hilang entah kemana. Baca-baca dimading halte jalur bus, zen-zen wakaranai mau kemana, karena Ame tidak mempersiapkan perjalanan di Singapura, karena Ame hanya mau liat patung Merlion, akhirnya pengen nangis pengen pulang, padahal baru pagi pertama dalam Pelancongan Tanpa Permisi ini, masih ada 5 pagi lagi.

Singapura, modern dan praktis. Halte terdekat dengan station ada 3, tapi entahlah kenapa Ame, naik Bus trek Woodland. Di pintu bus Ame kebingungan cara bayar, duit cuma ada yang kertas, $2 pula, kata drivernya masukin aja, tapi ternyata tidak ada kembalian. Hayaaahhhhh pagi hari sudah rugi. Dalam bus rasanya takut, karena suasananya beda banget. Orang sibuk sendiri-sendiri, ga tau harus tanya siapa. Bus tetap berjalan dan berhenti dari halte ke halte, dan Ame tidak tau harus turun dimana, bus pun sangat penuh. Kebetulan ada bapak2 duduk disebelah, Ame coba tanya dimana Woodland, dan bapaknya tersenyum sambil nunjuk telinganya, ternyata beliau tuna rungu. Innalillahi, ga tau harus turun dimana, ga bisa tanya2, sempurna mengawali hari. To be continued....






 

Minggu, 27 Januari 2013

A Mammoth Mouth

Morning...

Sekawanan mammoth sudah bergumul dan berceloteh dipagi buta tanpa peduli kawanan rusa, angsa dan tuyul masih terlelap dalam buaian embun subuh.

Mereka dengan mulutnya sibuk menganga dan berkata-kata, persis seperti pedagang asongan yang menjajakan jualannya.

Keributan pagi yang sudah biasa didunia ini yang sudah tidak bertuan lagi.


Jumat, 25 Januari 2013

The List for Notes


Bon ame, ini catatan random.

Januari sudah datang dan akan berganti.

Diawali dengan sakit diawal tahun masehi ini, dan untuk pertama kalinya setalah lama sekali tidak mimisan, Januari ame mulai dengan satu lubang hidung yang darah segar mengalir tiba-tiba. Ohisashiburi da, mimi-san.
Setelah mimi-san yang datang tidak jelas, hari berganti menjadi hari-hari yang seharusnya tenang sesuai namanya “minggu tenang” tetapi yang ada hanyalah kesibukan yang  sangat menyibukkan perasaan, mental, dan berimbas kepada lelahnya fisik.

Walaupun Laporan KKN tidak selesai seperti waktu yang direncanakan, setidaknya keterlambatan penyelesainnya bukan dari diri ame, tapi faktor eksternal yang tidak bisa diramalkan. Pokoknya ame harus disiplin, setidaknya faktor internal Mapping of life ame harus berjalan sesuai. Then, semester ini berakhir hampir sempurna. (masih on going note nya)

Awal liburan sudah ame rancang 1 bulan lebih, dan 17 januari benar-benar ame berangkat melancong sendirian dan benar-benar pertama kali melancong jauh.Tunggu dicatatan lainnya yaa boon.....

Balik ke Malang tanggal 22 Januari malam. Dengan harapan besoknya bisa KRS'an tetapi hebatnya SIAM belum menyediakan kelas juga. Pada akhirnya ame menyerah dengan menitipkan KRS lagi. Memang musibah tak bisa dihindar, sore hari tanggal 23 Januari diruangan dosen, dengan baik-baik ame datang untuk meminta ijin tetapi ditodong dan dipersalahkan. Ame dicerca dan disudutkan tanpa ada hak ame untuk berbicara. Oke, ini akan ame lanjutkan ketika masalah KRS an ame kelar. Yang jelas ame siap dengan apapun konsekuensinya, karena ame on the right line. 

Resolusi tahun ini : Tidak ada nama dia dimanapun dalam list dunia kampus ame.

An Introduction


Bon, Ame –
Changed ? Tidak juga, Cuma nge-rename & refresh… Biar kelihatan upgrade dan masih ada nafas kehidupan disini. 

Bon, Ame akan menjadi 2 kata setiap pembuka postingan terbaru tulisan blog ini. Disini kata “aku” diganti “Ame”, bukan biar imut atau chibi-chibu, tapi biar lebih menghujani hati dan pemikiran setiap pembaca. Soalnya, Ame selalu bingung ketika nulis, mau pake kata apa buat menyebutkan diri Ame sendiri. Pake kata “Aku”, “Saya” apalagi “Gue”, gak suit banget sama Ame. Pake “Eke” dipikir nanti bencong keganjenan mandi dikali bon. 

Dan kata “Bon”, yaa tentu saja dari “Babon”, panggilan sayang untuk pembaca setia diblog ini. Hahaha, beneran sayang loh ya… Yaa babooonnn… Walaupun secara harafiah artinya monyet jenis gede, tapi “babon” punya ame ini artinya special. Perlu imajinasi untuk menghayatinya.

Jadi hematnya, “Bon, Ame” itu 2 kata yang pengen di pay attention. Kalo diandaikan itu, kaya orang curhat terus mau didengerin… “EH, tau gak siiih…” selebihnya begitu yaa bon…

Then, ada kata “Yaa” dan “Ya”. Perbedaannya jauh loh, kalo “Ya” itu artinya umum aja, tapi dengan intonasi menurun dan lembut. Tapi kadang kesannya juga “perintah”, tergantung konteks kalimat nantinya. Dan “Yaa” itu dalam bahasa arab, yang bermakna “Hai” yang memiliki kesan akrab, kasih sayang didalamnya. (Sebagian besar dalam ayat-ayat cinta Allah, Allah memanggil hambanya dengan kata “Yaa” romantis sekali, betapa besar rasa kasih sayangnya pada kita hambanya).