Minggu, 13 April 2014

Something Missing



Awal tahun aku kehilangan kamar kesayanganku. Rumah yang menaungi belasan tahun, kami harus rela kembalikan. Beralih ke rumah baru, ah, rumah lama yang disewa tepatnya. 3 kamar seharusnya cukup menampung segalanya. Jauh panggang dari api. Hanya ruang kecil, lembab, juga gelap. Persis kamar kos'an di Malang. Aku pikir setelah jadi sarjana, pulang kampung, akan membuatku lebih segar, lebih muda. Ternyata Tuhan punya kejutan lain. Khayalanku kembali ke rumah, berehat pada kenyamanan kamar, yang tiba-tiba harus aku terima nikmatnya itu telah diambil. Apadaya, bibir harus berucap syukur. Penuhlah 3 kamar minimalis tadi dengan barang-barang yang menggunung. 1 kamar buat kakak dan suaminya, 1 kamar buat abah dan mama, dan 1 kamar yang dijadikan gudang. See ? Aku tidak mendapat bagian.

Dari titik ini, aku merasa kehilangan segalanya. Bukan hanya sekedar hilang sesuatu yang disebut "rumah" maupun "kamar", juga mimpi-mimpiku, arah tujuanku, dan tentu diriku sendiri, aku rugi besar. Sebagai manusia pecandu privasi, "rumah" apalagi "kamar" adalah satu-satunya tempat aku pulang, tempat ternyaman bersandar pada Tuhan dan kembali menjadi diriku sendiri. Rumah bagiku pembatas antara ruang publik dengan ruang pribadi. Dan kamar merupakan pertahanan terakhirku, dimana segala rahasia menjadi milikku seorang. Aku hanya bisa berdamai dengan waktu. Yang aku miliki sudah tercecer kemana-mana. Ketika malam tiba, ruang tamu lah yang sedia menampung tidurku. Langit-langit yang pendek, seperti mempersempit harapanku sehingga membuatku enggan bangun pagi. Berbagi kamar dengan orang tua bukan masalah, tapi ku yakini sebagaimana aku merindui privasiku, merekapun berhak akan privasinya. Oh, Tuhan, yang menyedihkan bukan tidur tanpa kamar, tapi diriku yang kehilangan ruang pribadi.

Deep sighs. Aku kacau berat. Emosiku tidak stabil. Dan aku terpaksa menangis diam-diam karena tidak ada lagi ruang untuk menangis sepuasnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamar ini. Aku benar-benar menjadi posesif pada urusan kamar ini. Bukan jengah pada tamu, tapi hanya cemburu akan kehadiran orang lain dikamar ini. Seolah-olah orang lain datang mencuri dengar rahasiaku, mencampuri mimpiku, melihat airmataku. Yang pasti dari langkah pertama masuk kamar ini, orang itu telah mengambil alih ruang pribadiku. Menginjak pertahananku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I need privacy so bad dear. Apa berlebihan aku meminta untuk sedikitnya menghormati kamarku dengan tidak menidurinya ? Please, kamarku bukan pelacur malam. Ini bukan sekedar tentang kamar, ini benteng terakhirku. Kehormatanku. Tempat segala mimpiku tumbuh subur. Sungguhan aku meminta dengan sopan, ijinkan aku (sangat) egois kali ini mencintai kamarku.