Rabu, 29 Oktober 2014

Malam yang ditulis pada Pagi

Selamat Malam untuk orang-orang yang disingkirkan, 
Selamat malam pada yang tersingkirkan, 
selamat Malam juga para yang menyingkirkan.

Beristirahatlah, malam ini akan berlalu singkat.

Tidurlah dengan nyenyak, biarkan hatimu sedikit hening.

Rebahkan tubuh lelahmu, yang telah berperang dan jatuh.

Rasakan alam menyambut rasa perihmu,

Kekasaranmu meluluh jadi lembut.

Dengarkan bunyi malam yang enggan bersuara lama,

Disingkirkan bukan kiamat, tempat baru sudah menanti.

Tersingkirkan mungkin sakit, bahagiamu ditempat lain.

Menyingkirkan juga tidak salah, tepatnya memberi tempat yang lebih baik. 

Terima Kasih alam semesta.

Menumbuhkan kebijakan pada waktu yang tepat.

Senin, 06 Oktober 2014

Just another October

       Selamat pagi pada jiwaku yang sudah hampir tenggelam pada ketidak berdayaan menghidupi mimpinya. Entah kepada siapa aku harus mengutuki rasa yang hilang pada segala indahnya masa depan. Tak terasa setahun beralu, langkahku semakin menjauh pada jalur yang kubangun dengan bangga. Semangatku, menipis tanpa aku sadari. Kemana saja aku sehingga saat tersadar tak ada sedikit pun gelora itu bersisa. Pertanyaan demi pertanyaan berdesakan mendorong rasa sesal, padahal berkali pula ku yakin bahwa hidupku tanpa penyesalan. Berlarilah aku pada pelarian yang tak ada titik ujungnya. Bersembunyi, melupakan, menjauh, menarik diri dari apa yang kesakitanku semakin bertambah. Tetap sama. Berlariku menambahi sesal yang berkepanjangan. 

     Tak ingin lama aku terperangkap dalam pelarian ini, perlahan ku baca ulang semua yang pernah ku tulis, ku hayati segala puisi yang ku cipta, aku temui aku yang dulu yang masih yakin akan dukungan semesta. Betapa dulu aku orang bersemangat, orang menyenangkan, wanita yang dilimpahi penuh cinta. Malu menyelimuti aku, seperti kabut tebal yang menunggu matahari melenyapkannya. 

       Aku mulai coba merenungi dan berhenti meratapi. Mencoba mencari apa yang mungkin terlewatkan. Meski ketakutanku datang tanpa permisi, aku harus mencari alasan untuk bertahan lebih kuat, aku ingin bahagia sekali lagi dan lagi. Ku pejamkan mataku lebih lama dari biasanya, bernafas lebih dalam sejenak. Hari demi hari aku ingat perlahan, wajah baru wajah lama, kejadian satu dan yang lain berganti memberi salam. Ternyata, semua cinta itu masih ada, dukungan itu pun terus mengalir. Hanya saja aku lupa menyiapkan wadah baru untuk menampung segalanya. Yang aku sadari sebenarnya aku terjebak diwadah kenangan yang dulu aku bahagia didalamnya. Satu tahun, mengapung timbul tenggelam dalam kebodohan yang tak bisa dijelaskan. Membuta dan menuli dengan keadaan yang sekarang dihadapi hanya karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang dulu dibangun. 2014 memang mengharu biru.

"Tak semua kau rancang kan berlaku" Penakut by Yuna