Senin, 22 Desember 2014

A Comma A dot

Secara acak alphabet membentuk namamu. Tidak ada salah. Tidak ada benar. Karena kamu tercipta tanpa nama. Tanpa definisi. Keberadaanmu juga tanpa misi tanpa visi juga tanpa permisi hadir di dunia ini. Entah apa

Rabu, 29 Oktober 2014

Malam yang ditulis pada Pagi

Selamat Malam untuk orang-orang yang disingkirkan, 
Selamat malam pada yang tersingkirkan, 
selamat Malam juga para yang menyingkirkan.

Beristirahatlah, malam ini akan berlalu singkat.

Tidurlah dengan nyenyak, biarkan hatimu sedikit hening.

Rebahkan tubuh lelahmu, yang telah berperang dan jatuh.

Rasakan alam menyambut rasa perihmu,

Kekasaranmu meluluh jadi lembut.

Dengarkan bunyi malam yang enggan bersuara lama,

Disingkirkan bukan kiamat, tempat baru sudah menanti.

Tersingkirkan mungkin sakit, bahagiamu ditempat lain.

Menyingkirkan juga tidak salah, tepatnya memberi tempat yang lebih baik. 

Terima Kasih alam semesta.

Menumbuhkan kebijakan pada waktu yang tepat.

Senin, 06 Oktober 2014

Just another October

       Selamat pagi pada jiwaku yang sudah hampir tenggelam pada ketidak berdayaan menghidupi mimpinya. Entah kepada siapa aku harus mengutuki rasa yang hilang pada segala indahnya masa depan. Tak terasa setahun beralu, langkahku semakin menjauh pada jalur yang kubangun dengan bangga. Semangatku, menipis tanpa aku sadari. Kemana saja aku sehingga saat tersadar tak ada sedikit pun gelora itu bersisa. Pertanyaan demi pertanyaan berdesakan mendorong rasa sesal, padahal berkali pula ku yakin bahwa hidupku tanpa penyesalan. Berlarilah aku pada pelarian yang tak ada titik ujungnya. Bersembunyi, melupakan, menjauh, menarik diri dari apa yang kesakitanku semakin bertambah. Tetap sama. Berlariku menambahi sesal yang berkepanjangan. 

     Tak ingin lama aku terperangkap dalam pelarian ini, perlahan ku baca ulang semua yang pernah ku tulis, ku hayati segala puisi yang ku cipta, aku temui aku yang dulu yang masih yakin akan dukungan semesta. Betapa dulu aku orang bersemangat, orang menyenangkan, wanita yang dilimpahi penuh cinta. Malu menyelimuti aku, seperti kabut tebal yang menunggu matahari melenyapkannya. 

       Aku mulai coba merenungi dan berhenti meratapi. Mencoba mencari apa yang mungkin terlewatkan. Meski ketakutanku datang tanpa permisi, aku harus mencari alasan untuk bertahan lebih kuat, aku ingin bahagia sekali lagi dan lagi. Ku pejamkan mataku lebih lama dari biasanya, bernafas lebih dalam sejenak. Hari demi hari aku ingat perlahan, wajah baru wajah lama, kejadian satu dan yang lain berganti memberi salam. Ternyata, semua cinta itu masih ada, dukungan itu pun terus mengalir. Hanya saja aku lupa menyiapkan wadah baru untuk menampung segalanya. Yang aku sadari sebenarnya aku terjebak diwadah kenangan yang dulu aku bahagia didalamnya. Satu tahun, mengapung timbul tenggelam dalam kebodohan yang tak bisa dijelaskan. Membuta dan menuli dengan keadaan yang sekarang dihadapi hanya karena tidak sesuai dengan ekspektasi yang dulu dibangun. 2014 memang mengharu biru.

"Tak semua kau rancang kan berlaku" Penakut by Yuna

Selasa, 19 Agustus 2014

Feel

F.

Tidak ada kata yang tepat untuk menceritakan.

Biar ku simpan saja.

Sejatinya memang diam yang akan menjawab semua.

Aku lebih dari rapuh.

Mungkin hampir lebur.

Berlariku untuk mengurangi rasa iba.

Akhirnya aku tiba pada rasa ingin lenyap meninggalkan segala eksistensiku. Menenggelamkan diri, dimana tak seorang pun sadar kehilanganku. Pergi jauh dengan damai.

Minggu, 17 Agustus 2014

Still if

Again... At this stage of you... A big hug of silent... I feel like you are not responsible to be able to make it easier...

Jumat, 04 Juli 2014

A good reason

Beratnya masih bisa dipikul, hanya saja air mata terlalu cepat mengalir. Tiba tiba ku hanya ingin hidup seorang diri. Seperti jabang bayi yang lelap pada rahim ibunya.

Minggu, 13 April 2014

Something Missing



Awal tahun aku kehilangan kamar kesayanganku. Rumah yang menaungi belasan tahun, kami harus rela kembalikan. Beralih ke rumah baru, ah, rumah lama yang disewa tepatnya. 3 kamar seharusnya cukup menampung segalanya. Jauh panggang dari api. Hanya ruang kecil, lembab, juga gelap. Persis kamar kos'an di Malang. Aku pikir setelah jadi sarjana, pulang kampung, akan membuatku lebih segar, lebih muda. Ternyata Tuhan punya kejutan lain. Khayalanku kembali ke rumah, berehat pada kenyamanan kamar, yang tiba-tiba harus aku terima nikmatnya itu telah diambil. Apadaya, bibir harus berucap syukur. Penuhlah 3 kamar minimalis tadi dengan barang-barang yang menggunung. 1 kamar buat kakak dan suaminya, 1 kamar buat abah dan mama, dan 1 kamar yang dijadikan gudang. See ? Aku tidak mendapat bagian.

Dari titik ini, aku merasa kehilangan segalanya. Bukan hanya sekedar hilang sesuatu yang disebut "rumah" maupun "kamar", juga mimpi-mimpiku, arah tujuanku, dan tentu diriku sendiri, aku rugi besar. Sebagai manusia pecandu privasi, "rumah" apalagi "kamar" adalah satu-satunya tempat aku pulang, tempat ternyaman bersandar pada Tuhan dan kembali menjadi diriku sendiri. Rumah bagiku pembatas antara ruang publik dengan ruang pribadi. Dan kamar merupakan pertahanan terakhirku, dimana segala rahasia menjadi milikku seorang. Aku hanya bisa berdamai dengan waktu. Yang aku miliki sudah tercecer kemana-mana. Ketika malam tiba, ruang tamu lah yang sedia menampung tidurku. Langit-langit yang pendek, seperti mempersempit harapanku sehingga membuatku enggan bangun pagi. Berbagi kamar dengan orang tua bukan masalah, tapi ku yakini sebagaimana aku merindui privasiku, merekapun berhak akan privasinya. Oh, Tuhan, yang menyedihkan bukan tidur tanpa kamar, tapi diriku yang kehilangan ruang pribadi.

Deep sighs. Aku kacau berat. Emosiku tidak stabil. Dan aku terpaksa menangis diam-diam karena tidak ada lagi ruang untuk menangis sepuasnya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kamar ini. Aku benar-benar menjadi posesif pada urusan kamar ini. Bukan jengah pada tamu, tapi hanya cemburu akan kehadiran orang lain dikamar ini. Seolah-olah orang lain datang mencuri dengar rahasiaku, mencampuri mimpiku, melihat airmataku. Yang pasti dari langkah pertama masuk kamar ini, orang itu telah mengambil alih ruang pribadiku. Menginjak pertahananku.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I need privacy so bad dear. Apa berlebihan aku meminta untuk sedikitnya menghormati kamarku dengan tidak menidurinya ? Please, kamarku bukan pelacur malam. Ini bukan sekedar tentang kamar, ini benteng terakhirku. Kehormatanku. Tempat segala mimpiku tumbuh subur. Sungguhan aku meminta dengan sopan, ijinkan aku (sangat) egois kali ini mencintai kamarku.

Rabu, 19 Maret 2014

Marah

Sudah sampai,
Tepat diatas ubun2.
Melepas marah pada lelah.

Pergi sejauh mungkin,
Biar hati kembali muda.

Selasa, 18 Maret 2014

Ketika Mulutmu Dibekap

Takut ?
Takutlah bagi penakut !

Ancaman memang mempertaruhkan segalanya,
Bahkan nyawa, sesuatu yang tak akan kembali.

Jika seandainya Munir tutup mulut,
Mungkin sampai hari ini dia masih hidup tenang.
Tapi dia tidak memilih hidup tenang kawan,
Dia bersuara lantang, bahkan seribu kali lebih keras !

Tapi bedanya, aku ini belum sekelas Munir.
Aku masih belajar menjadi seberani dia.
Mulutku dengan fungsi yang sama,
Akan aku fungsikan ia sebenar mungkin.

Mulut ini akan berbicara karena hati.
Hati yang bersih dan jauh dari kemunafikan.

Aku percaya dengan kekuatan hati.
Semakin dia ingin menjadi kuat,
Maka semakin banyak anjing yang menyelaknya.
Bukan menjadi tuli, tapi membuka telinga lebih lebar.

Kawan, selakan anjing itu hanya pemicu,
Hatimu akan memilih,
Menyelak balik atau berlalu dengan harga diri,
Hatimu akan memilihnya.

Hati itu bukan benda mati, dia hidup.
Apapun kata hatimu, dengarkanlah.
Karena hanya hatimu yang setia,
Menjagamu dan mendengarkanmu.

Aku bukan penakut, aku kuatkan hatiku.
Aku bukan pengecut, aku banggakan hatiku.

Ketika mulutku dibekap,
Hatiku tetap bebas bersuara.
Aku simpan sampai mereka lelah membekapku.
Dan suaraku akan mendunia !

Aku hanya menunggu waktu yang tepat,
Untuk menyuarakan apa yang terpendam.
Aku harap tidak terlambat.
Dan tidak ada yang terluka.

Sabtu, 04 Januari 2014

Be alright - taeyeon



January 2014, when Sones got breaking news that breaking heart at the same time, Our Tae Tae sing this song and make this account on YouTube, how sweet ... lovelyyyyyyy <3 br="">

Rabu, 01 Januari 2014

2014 yokoso !

Yuhuuuuuuu..... Finally, sudah satu januari.... Let's be positive and productive !